PEMETAAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN DAN FAKTOR UTAMA YANG MEMPENGARUHI DI BEBERAPA KECAMATAN SEKITAR KOTA NGANJUK

KARTIKA JUWITA, Prof. Dr. Ir. Azwar Ma’as, M.Sc.

2013 | Skripsi | ILMU TANAH

Penelitian yang berjudul ”Pemetaan Konversi Lahan Pertanian dan Faktor Utama yang Mempengaruhi di Beberapa Kecamatan Sekitar Kota Nganjuk dilakukan di Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan mengetahui luas lahan pertanian yang telah terkonversi dari lahan pertanian ke non pertanian selama 10 tahun terakhir di Kabupaten Nganjuk. Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan April-Mei 2013. Pekerjaan lapangan meliputi (1) mengetahui faktor utama yang mempengaruhinya (2) memetakan luasan perubahan fungsional kawasan pertanian lahan basah (sawah) dan lahan kering (tegalan). Penelitian ini menggunakan metode analisis temporer keruangan berbasis peta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola konversi yang terjadi di hinterland Kota Nganjuk adalah tipe lompat katak (leapfrog), luas lahan pertanian yang telah terkonversi sepuluh tahun terakhir sekitar 54,98 ha per tahun, konversi yang dominan terjadi di selatan Kota Nganjuk meliputi Kecamatan Bagor, Berbek, Loceret, Pace, dan Tanjunganom. Faktor utama penyebab terjadinya konversi lahan di daerah tersebut adalah untuk permukiman, kebutuhan pendukung perkembangan perdagangan dan jasa (gudang, industri, SPBU, kompleks pertokoan serta bengkel), kebutuhan fasilitas umum, daya tarik perkembangan perekonomian kota lain di sisi selatan Kota Nganjuk, dan land rent atau nilai lahan. Harga tanah per m2 di Kecamatan Loceret, Berbek, Pace, dan Bagor berkisar Rp 70.000,00−80.000,00. Sedangkan untuk kecamatan lainnya seperti Kecamatan Sukomoro per m2 berkisar Rp 85.000−100.000,00, Kecamatan Rejoso dan Gondang berkisar Rp 50.000,00–60.000,00, Kecamatan Wilangan dan Tanjunganom berkisar Rp 35.000,00−50.000,00.

The research of Mapping Conversion of Agricultural and The Major Contributing Factor in Several Districts Around Nganjuk Town was conducted in Nganjuk, East Java. The aim of this study is to determine the area of agricultural, it has been converted from agricultural to non-agricultural during the last 10 years in Nganjuk regency. Fieldwork was conducted in April-May 2013. Fieldwork includes (1) to determine the main factors affect on it (2) mapping the extent of changes in the functional area of rice field and dry land. This study uses the map based spatial analysis of transient. The results of this study indicate that the conversion pattern in the hinterland of Nganjuk town is leapfrog, agricultural area has been converted for ten years an area of 54.98 ha per year, land conversion occurs predominantly in the southern town of Nganjuk. It includes district of Bagor, Berbek, Loceret, Pace, and Tanjunganom. The main factors have supported land conversion in this area are settlement needs, supports the growth of trade and services (depository, industrial, gas station, shopping complexes and garage), public facilities, appeal of the other town in economic development of south Nganjuk town, and land rent. The price of land per m2 in Loceret, Berbek, Pace, and Bagor are Rp 70.000,00−80.000,00. The price of land per m2 in Sukomoro per m2 is Rp 85.000−100.000,00, Rejoso and Gondang are Rp 50.000,00–60.000,00, Wilangan and Tanjunganom are Rp 35.000,00−50.000,00.

Kata Kunci : pemetaan, lahan pertanian, kawasan hinterland Kota Nganjuk