Laporkan Masalah

MISTISISME DAN KEKERASAN KOLEKTIF: Representasi Realitas Sosial Dalam Novel Sejarah (Studi Semiotik Atas Novel “Kiamat Dukun Santet” Karya Langit Kresna Hariadi)

ANGGRAINI NURUL HUDA, Derajat S. widhayarto, S.Sos., M.Si

2013 | Skripsi | Sosiologi

-

Novel sejarah merupakan genre sastra yang memanfaatkan peristiwa sejarah sebagai latar belakang penceritaannya. Pembaca menemukan sejarah masa lampau yang diceritakan kembali lewat gaya bercerita yang ringan, indah, dan mudah dipahami. Hal ini berbeda dengan buku sejarah yang membosankan ketika dibaca, karena bahasanya yang standar dan monoton. Saat ini, novel sejarah tidak hanya diteliti sebagai karya sastra, tetapi dipandang sebagai media komunikasi massa yang modern, sebagai suatu penyampaian pesan tertentu dari pengarang kepada pembacanya. Novel sejarah dikatakan juga sebagai media representasi kepada masyarakat (pembaca), mengenai realitas sejarah atau kehidupan sosial politik di masa lampau masyarakat tertentu, dengan sudut pandang dari pengarangnya. Sehubungan dengan itu, maka penelitian ini menganalisis novel sejarah berjudul Kiamat Dukun Santet (KDS) karya Langit Kresna Hariadi (LKH). Dalam novel yang mengambil latar belakang peristiwa pembantaian dukun santet di Banyuwangi tahun 1998 ini, peneliti menemukan dua konsep yang mempengaruhi jalan cerita, yaitu mistisisme masyarakat Jawa dan kekerasan kolektif. Sehingga tujuan penelitian ini adalah: pertama, untuk mengetahui definisi mistisisme dan kekerasan kolektif menurut gambaran dalam novel KDS; kedua, untuk mengetahui sejauh mana sebuah novel sejarah (novel KDS), mampu merepresentasikan realitas sosial dalam sejarah suatu bangsa melalui teks-teksnya. Metode yang digunakan adalah semiotika Roland Barthes. Ia memberikan cara pemaknaan atas tanda-tanda dalam bahasa/teks melalui signifikasi dua tahap, yaitu denotasi dan konotasi. Tahap denotasi adalah pemaknaan secara harfiah sesuai dengan teks novel, sementara tahap konotasi adalah pemaknaan secara subyektif dimana ideologi dimampatkan ke dalam mitos-mitos dari proses pemaknaan kedua. Dalam tahap denotasi, mistisisme masyarakat Jawa yang digambarkan dalam KDS meliputi tiga bentuk, yaitu: pengkultusan sesepuh desa, kepercayaan terhadap dukun santet dan ustadz/kiai mengenai kemampuan mereka dalam hal mistik, serta kepercayaan terhadap takhayul. Kemudian, kekerasan kolektif yang digambarkan adalah tindakan main hakim sendiri, dengan kontak fisik, senjata tajam, dan intimidasi. Sementara motifnya pembalasan dendam, provokasi, dan stereotip. Dalam tahap konotasi, dalam novel sejarah KDS ditemukan penggabungan antara dunia imajinasi pengarang dengan dunia realita. Realitas sosial dijadikan latar belakang dan tahapan konflik yang menyertai kehidupan tokoh-tokohnya. Cerita sejarah yang digambarkan, meski bersumber dari ide pengarangnya, tetapi bisa dilihat bagaimana ia melihat dan menyikapi permasalahan sosial kala itu sebagai sebuah hal yang perlu diceritakan kembali sebagai pengingat atau penyeimbang catatan sejarah yang ada. Kemudian ia mengonstruksi peristiwa sejarah itu sesuai dengan proses berpikir dan pemahamannya pengarang. Dengan begitu novel sejarah dapat dikatakan mampu merepresentasikan realitas sosial di masa lampau pada masyarakat tertentu, sehingga pembaca dapat mengerti pesan/maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang lewat karyanya

Kata Kunci : -


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.