PEMAKNAAN KERJA LAYAK OLEH PEKERJA PENYANDANG TUNA DAKSA DI INDUSTRI KERAJINAN RUMAH LIDI HANDICRAFT KELURAHAN SEMANGGI, KECAMATAN PASAR KLIWON, SURAKARTA
RISKA WIDIANA ASMIAWATI, Danang Arif Darmawan, S.Sos, M.Si
2013 | Skripsi | ILMU PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN (SOSIATRI)Kerja layak (Decent Work) merupakan isu sentral saat berbicara mengenai hubungan kerja antara majikan dengan pekerja (buruh). Semua pekerja pasti menginginkan kondisi kerja layak yang sesuai dengan keinginan pekerja. Namun, nyatanya di Indonesia sendiri, pengimplementasian kerja layak bagi pekerja masih belum sesuai dengan yang diharapkan oleh sebagian besar pekerja. Eksploitasi pekerja yang saat ini masih terjadi menjadi salah satu bukti bahwa kerja layak belum mampu diterapkan secara maksimal. Berdasarkan kondisi pekerja yang majemuk, maka ILO telah mencanangkan prinsip-prinsip kerja layak yang disesuaikan dengan kondisi pekerja, terutama yang berkaitan dengan kondisi fisik pekerja. Kaum difabel sebagai kaum yang berhak dilindungi memiliki kesamaan kesempatan dengan orang pada umumnya, yaitu dapat bekerja demi menjaga kelangsungan hidupnya. Jika sudah bekerja, hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengenai perlakuan yang diterima di tempat kerja. Sehingga, sebagai manusia yang mampu berpikir, pekerja difabel dapat memaknai kerja layak sesuai dengan kondisi dan realita yang ada di tempat kerja. Mengingat bahwa pemaknaan kerja layak sebagai kajian utama dalam penelitian, maka metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dianggap mampu menggali secara mendalam proses pemaknaan kerja layak. Tujuannya adalah untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi dalam diri pekerja, khususnya berkaitan dengan pemaknaan kerja layak yang diberikan dengan didasarkan pada realita dan kondisi yang diterima selama bekerja. Dengan adanya pemaknaan tersebut diharapkan dapat menjadi bahan perbaikan berbagai pihak dalam rangka menciptakan iklim kerja layak di semua sektor lapangan kerja. Rumah Lidi Handicraft hadir sebagai salah satu jawaban untuk mengatasi persoalan pengangguran kaum difabel. UMKM ini memperkerjakan kaum difabel, terutama penyandang tuna daksa di wilayah Surakarta. Sistem “bekerja dari rumah†menjadi keuntungan tersendiri bagi pekerja penyandang tuna daksa terkait dengan akses lokasi kerja. Hal ini menjadi daya tarik kuat bagi penyandang tuna daksa untuk memilih bekerja di sektor informal tersebut. Jika dikaitkan dengan teori interaksionisme simbolik, hal ini memiliki kemiripan dalam kerangka berpikir. Dalam hal ini, segala perlakuan yang diterima pekerja selama bekerja dianalogikan sebagai simbol dalam sebuah hubungan kerja, yaitu interaksi antara pekerja dengan pihak penyedia kerja. Jika melihat realita berdasarkan data primer yang didapat selama penelitian, para pekerja penyandang tuna daksa memaknai kerja layak berdasarkan pada kemudahan aksesibilitas dalam bekerja, pemenuhan upah, serta kelancaran operasionalisasi kegiatan produksi, dimana ketiga indikator tersebut nyatanya belum mencakup semua indikator kerja layak yang dirumuskan ILO, seperti pemenuhan perlindungan sosial serta penyelenggaraan dialog sosial.
Decent work is a central issue when talking about the working relationship between employer and employee. All workers would want a decent working conditions in accordance with the wishes of workers. But in fact in Indonesia, the implementation of decent work for workers is still not as expected most of the workers. Exploitation of workers is still often happens to be one proof that decent work has not been able to be applied to the maximum. Based on the condition of workers, ILO has launched the principles of decent work is tailored to the conditions of workers, particularly with regard to the physical conditions of workers. Disabled people are entitled to be protected as the people have equal opportunity to people in general, which can work in order to maintain its viability. If it worked, other things that should be noted is about acceptable behavior in the workplace. So, as a person who is able to think, workers with disabilities can make sense of decent work in accordance with the conditions and realities that exist in workplace. Given that the meaning of decent work as a major in the research study, the qualitative research method with phenomenological approaches able to delve deeply considered the meaning of decent work. The goal is to find the things hidden inside workers, particularly with regard to the meaning given to that decent work is based on the reality and conditions acceptable during work. With the meaning expected to be a material improvement of the various parties in order to create a climate of decent work in all sectors of employment. Rumah Lidi Handicraft present as one of the answers to solve the unemployment problem disabled people. This business employs disabled people, especially the physically disabled in the Surakarta area. Work at home system a boon for the physically disabled workers regarding access to work sites. This is a strong attraction for the physically disabled to choose to work in this informal sector. If it is associated with the theory of symbolic interactionism, it has similarities in terms of thinking. In this case, any treatment received by employees during work analogous to a symbol in an employment relationship, the interaction between the worker and the employer. If we look at the reality based on primary data obtained during the research, the physically disabled workers make sense of decent work based on the easy of accessibility of the work, the fulfillment of wages, as well as the smooth operation of the production activities, where these three indicators were in fact not cover all indicators are formulated by ILO, as the fulfillment of social protection and social dialogue management.
Kata Kunci : kerja layak, pekerja penyandang tuna daksa, interaksionisme simbolik