DEKONSTRUKSI EIDOS DALAM NASKAH DRAMA DARA JINGGA KARYA WISRAN HADI
PINTO ANUGRAH, Prof. Dr. Faruk, S.U
2013 | Tesis | S2 SastraPenelitian ini bertujuan untuk menjungkirbalikkan makna ideal yang ada pada naskah drama Dara Jingga karya Wisran Hadi. Makna ideal yang mesti dijungkirbalikkan dalam naskah drama ini adalah Tambo, sebagai kitab bangsa Minangkabau, yang menjadi latar dari naskah drama ini. Sebagaimana pemikiran dekonstruksi Derrida, makna ideal tidak akan lepas dari kestabilan makna, tidak netral dari tanda, karena masa depan ideal tersebut sebenarnya tidak akan pernah ada. Dekonstruksi bertujuan untuk menunda (differance) makna ideal tersebut, oleh karena itu makna ideal tidak akan terlepas dari sejarah faktis sebagai manifestasinya. Cara kerja dekonstruksi adalah dengan menemukan oposisi-oposisi berlawanan pada teks naskah drama ini. Oposisi biner merupakan elemen istimewa yang ada pada strukturalisme, dengan ditemukannya oposisi biner tersebut, maka akan terlihat salah satu satuan oposisional tersebut berkedudukan istimewa, hierarkis, dan satuan lainnya menjadi yang terpinggirkan. Dekonstruksi menolak kehadiran logosentrisme tersebut, kedudukan yang istimewa pada salah satu satuan oposisional tersebut mesti dihancurkan. Pada naskah drama ini, satuan oposisional yang hierarkis tersebut membentuk makna ideal seperti yang tergambarkan pada Tambo, namun makna ideal tersebut bukan berada pada masa lalu untuk menuju masa depan ideal, sebagai cita-cita bersama. Melalui penundaan (differance) makna ideal tersebut, pada naskah drama ini, makna ideal ditempatkan berada pada masa depan, sehingga terungkap bahwa, masa depan Minangkabau merupakan masa depan menuju masa lalunya. Sehingga, Minangkabau saat ini adalah Minangkabau yang tengah menuju masa lalu.
This study aims at overturning the existing ideal meaning (eidos) in Wisran Hadi Amber’s playwright Dara Jingga. The aiedos that must be overturned in this play is Tambo, the book of Minangkabau people, which became the foundation of the play. According to Derrida's deconstruction, the aiedos cannot be separated from the stability of meaning, not neutral from signs, because the ideal future will not exist. Deconstruction aims at delaying (differance) the eidos, therefore eidos is not separated from factical history as the given manifestation. The method of deconstruction is to find groups of oppositions in this playwright. Binary opposition is the special element in structuralism, with the discovery of the binary opposition, it will be seen that one side of the unit is the privileged opposition, hierarchical, and other are the marginalized. Deconstruction rejects such existence of logocentrism, the privileged position on one of the oppositional forces must be destroyed. In this playwright, the hierarchical oppositional forces shape the aiedos as portrayed in Tambo, but the aiedos does not exist in the past for an ideal future, as a common goal. Through the delay (differance) of the eidos, in the play, the eidos is placed in the future. Thus, it would be revealed that the future of Minangkabau is the future toward the past. Hence, today’s Minangkabau is Minangkabau that is heading into the past.
Kata Kunci : Makna Ideal, Tambo, Dara Jingga, Dekonstruksi.