ANALISIS STANDAR PELAYANAN MINIMUM ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETA API DI STASIUN (STUDI KASUS: STASIUN KUTOARJO)

WAHYUDIN, Ir. Djoko Murwono, M.Sc.

2013 | Skripsi | TEKNIK SIPIL

Stasiun kereta api merupakan tempat/titik pertemuan antara moda transportasi jalan raya dengan moda transportasi kereta api. Dalam penyelenggaraannya, stasiun kereta api harus dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan oleh pengguna stasiun, yang tercakup pada peraturan menteri tentang standar pelayanan minimum (SPM) di stasiun yakni PM 9 tahun 2011. Peraturan ini dirasakan masih belum diterapkan sepenuhnya oleh penyelenggara stasiun dan pelayanan yang diberikan masih belum menggambarkan kebutuhan pengguna stasiun, khususnya Stasiun Kutoarjo. Oleh karena itu, perlu diadakan kajian untuk mengetahui seberapa besar pelayanan yang telah diberikan penyelenggara stasiun berdasarkan SPM dan penilaiannya dari pengguna, serta kebutuhan yang masih belum terdapat dalam SPM. Penelitian dilakukan dengan survei langsung terhadap kinerja pelayanan yang telah diberikan Stasiun Kutoarjo, kemudian dibandingkan dengan tolok ukur yang terdapat dalam SPM. Penelitian juga dilakukan dengan survei wawancara untuk melihat seberapa besar penilaian dari pengguna terhadap kinerja pelayanan eksisting, kemudian dicari hubungannya dengan karakteristik pengguna berdasarkan uji chi-square. Survei wawancara yang dilakukan juga untuk mengetahui tingkat kebutuhan pelayanan yang belum terdapat dalam SPM. Dari hasil analisis kinerja pelayanan dengan SPM, didapatkan bahwa terdapat jenis layanan di Stasiun Kutoarjo yang belum memenuhi SPM, yaitu: waktu pelayanan pada loket pemesanan masih di atas 30 detik yaitu 150,97 detik, luasan tempat duduk yang masih di bawah 0,6 m 2 yaitu 0,4 m 2 , dan toilet yang masih kurang dari 6 buah normal dan 2 penyandang cacat untuk pria maupun wanita. Dari hasil analisis kinerja pelayanan dengan penilaian pengguna, didapatkan bahwa sebagian besar responden menilai kinerja pelayanan Stasiun Kutoarjo dengan kondisi cukup dan fasilitas informasi dengan kondisi jelas. Dari hasil uji chi-square, terdapat hubungan antara usia responden dengan penilaian fasilitas ruang tunggu, jenis pekerjaan responden dengan penilaian fasilitas toilet, asal perjalanan responden dengan penilaian informasi kelas pelayanan dan peta jaringan jalur KA, tujuan perjalanan responden dengan penilaian fasilitas kemudahan naik/turun penumpang dan fasilitas keselamatan serta keamanan, maksud perjalanan responden dengan penilaian fasilitas loket, fasilitas kesehatan dan fasilitas keselamatan serta keamanan, tingkat pendidikan responden dengan penilaian fasilitas tempat parkir, dan tingkat pendapatan responden dengan penilaian fasilitas kesehatan. Dari hasil analisis kebutuhan pelayanan, didapatkan bahwa fasilitas ATM, pertokoan, layanan pemesanan hotel, transportasi, agen perjalanan, internet, loker/penitipan barang, hall, kerb keberangkatan dan kedatangan, telepon umum, serta fasilitas charge hand-phone dibutuhkan oleh sebagian besar responden.

The train station is a place/meeting point between highway transportation modes with railway transportation modes. In its implementation, the railway station should be equipped with the facilities needed by the station users, which is included in the ministerial regulation on minimum service standards (SPM) in the PM 9, 2011. The rules are not fully implemented yet by the organizers of the station, and these services still have not illustrated the needs for station users. Therefore, there should be a study to determine how much the service provided by the station operators accordingly to SPM and judgment of the user and user’s needs that have not been presented in the SPM. The study was conducted by survey of the service performance provided Kutoarjo station, and then compared with the benchmarks contained in the SPM. This research was also conducted via interviews to see how much the assessment of users of the existing service performance, and then finding the relation between interviews result and user’s characteristic was performed based on the chi-square test. The interview survey was also conducted to determine the level of need for facilities that have not been included in the SPM. From the results with SPM performance analysis, it was found that there was a kind of service in Kutoarjo station that did not meet minimum service standards, namely: service time at the reservation counters still over 30 seconds that is 150.97 seconds, the seating area is still under 0.6 m 2 that is 0.4 m 2 , and the toilets are still less than 6 normal room and 2 disabled room for both men and women. From the analysis of user-rated performance, it was found that the majority of respondents assessed the service performance of the station was sufficient conditions and the information facility was clear conditions. From the results of the chi-square test, there was a relationship between respondent’s age with waiting room facilities assessment, types of work of respondent with toilet facilities assessment, trip origin of respondent with class of service information and a map of the railway network assessment, trip destination of respondent with passenger’s facilities for getting in/out and safety and security facilities assessment, trip purpose of respondent with counter facilities, health facilities and safety and security facilities assessment, education level of respondent with assessment of parking facilities, and the level of income of respondent with the assessment of health facilities. From the analysis of the needs of the service, it was found that the ATM facilities, shops, hotel booking services, transport, travel agencies, internet, lockers / storage of goods, hall, arrival and departure curbs, public phones, and hand-phone charging facilities were needed by the majority of respondents.

Kata Kunci : Stasiun, Kinerja, SPM, Pengguna, Penilaian