EKSISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA DI RUAS JALAN SULTAN SYARIF QASIM, TEMBILAHAN-RIAU Kawasan Amatan: Pasar Jongkok, Ruas Jalan Sultan Syarif Qasim
MELISA AYULANDA, Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D.
2013 | Skripsi | PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAPedagang Kaki Lima sebagai bentuk usaha masyarakat di bidang sektor informal merupakan dampak dari keterbatasan sektor formal dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, khususnya masyarakat marginal. Munculnya Pedagang Kaki Lima yang cenderung tersebar pada pusat-pusat kegiatan kota seperti mata uang yang memiliki dua sisi berbeda. Di satu sisi dapat menjadi generator kawasan wisata baru pada kawasan tersebut, namun disisi lain dapat menjadi ancaman bagi kota apabila dibiarkan begitu saja tanpa penataan dan pengelolaan serta kontrol yang jelas. Fenomena seperti ini terjadi di Kota Tembilahan, di mana keberadaan Pasar Jongkok di ruas Jalan Sultan Syarif Qasim merupakan salah satu pusat aktivitas pedagang kaki lima yang cukup besar dan dikenal di Provinsi Riau. Tak sedikit orang yang datang berwisata untuk berbelanja di kawasan ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode induktif. Data-data yang didapat di lapangan merupakan data primer untuk dijadikan bahan analisis yang didapat dari observasi dan wawancara secara mendalam. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei deskriptif dengan melakukan observasi, wawancara, dan pengumpulan data sekunder. Keberadaan Pedagang Kaki Lima di Pasar Jongkok tetap bertahan hingga saat ini karena; (1) kemudahan pedagang dalam mengakses ruang publik, (2) didukung oleh keterkaitan sejarah Pasar Jongkok yang sangat kuat sehingga nama Pasar Jongkok berhasil menciptakan branding sendiri yang khas dan telah dikenal luas oleh masyarakat Indragiri Hilir sejak dahulu kala sebagai tujuan wisata utama di Tembilahan, dan (3) sikap apatis pemerintah turut mengakibatkan keberadaan Pasar Jongkok tetap eksis karena tidak adanya larangan bagi pedagang untuk berjualan disana.
Street Vendors as a form of public enterprises in the field of informal sector is the impact of the limitations of the formal sector in providing jobs for the people, especially the marginalized. The emergence of street vendors that tends to spread in town centers has two different sides. On one hand it can be a generator of a new tourist areas in the region, but on the other hand also can be a threat to the city if it left without control and management as well. This phenomenon occurs in Tembilahan City, where the presence of Pasar Jongkok on Sultan Syarif Qasim street is one of the central activities of street vendors that were quite large and well known in the Riau Province. Lot of people come to shop in this area. This study used a qualitative approach to the inductive method. The data that obtained in the field will be used as the primary data analysis from observations and depth interviews. Data collection was done by using descriptive survey with observation, interviews, and secondary data collection. The existence of Street Vendors in the Market Squatting still survive to this day, because of; (1) in addition to traders due to the ease in accessing the public space, (2) supported by historical background of this market that makes Pasar Jongkok became widely recognized by the public in Indragiri Hilir since long time ago as a major tourist destination in Tembilahan, and (3) government apathy that also contributed to the existence of Pasar Jongkok because there is no prohibition for them to sell in there.
Kata Kunci : Pedagang Kaki Lima, Sektor Informal, Eksistensi, Pemanfaatan Ruang