Laporkan Masalah

Kegagalan Perluasan Basis Politik Partai Keadilan Sejahtera Melalui Iklan Politik (Kajian Semiotika Terhadap Iklan Politik Televisi dan Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Potongan Iklan Politik “PKS Itu...”)

FAISAL ARIEF KAMIL, Amalinda Savirani, S.IP., M.A.

2013 | Skripsi | ILMU PEMERINTAHAN (POLITIK DAN PEMERINTAHAN)

Era demokrasi digital seperti sekarang telah merubah cara berkampanye politik. Dari sekian banyak media kampanye yang ada, televisi merupakan media kampanye politik yang paling akhir kehadirannya. Meskipun demikian, televisi dinilai sebagai media kampanye politik yang efektif dan banyak menarik simpati masyarakat. Televisi dengan kelebihan audio visual-nya yang tidak dimilki oleh media kampanye politik lainnya, sedangkan penayangannya mempunyai jangkuan yang relatif tidak terbatas. Dengan model audio visual yang dimilikinya, iklan politik televisi menjadi lebih komunikatif dalam memberikan pesan-pesannya karena itulah televisi bermanfaat sebagai alat persuasi dalam menentukan pilihan politik. Pasca-reformasi dimana iklim demokrasi mulai terasa sejak dilangsungkanya pemilu 1999, iklan politik televisi mulai dilirik sebagai model kampanye politik modern yang efektif seiring dengan kebebasan media massa. Pada pemilu 1999, 2004, dan 2009, sudah banyak beredar iklan-iklan partai politik di televisi. Seakan memang model kampanye modern ini adalah model wajib bagi partai politik peserta pemilu untuk menggunakanya. Partai politik harus market oriented, yaitu bagaimana suatu partai mampu membaca pasar dan menjadi partai tengah yang menarget semua pemilih. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah partai yang menggunakan iklan politik televisi. Salah satu iklan politik televisi PKS, yaitu versi “PKS Itu...” merupakan cerminan partai dakwah ini terkait dengan paradigma politik dan strategi kampanye politiknya dalam merebut suara di luar basis massa tradisionalnya. Dengan menggunakan metode penelitian dekskriptis kualitatif dengan pendekatan teori semiotika a la Saussure, analisa data tentang penanda, petanda, dan hubungan antar keduanya digunakan dalam membedah iklan politik PKS versi “PKS Itu...”. Sedangkan untuk melihat tanggapan masyarakat atas iklan politik televisi “PKS Itu...”, peneliti mengumpulkan data dengan metode focus group discussion (FGD) yang dilakukan di Yogyakarta dan Jakarta. Hasil semiotika pesan dan makna iklan “PKS Itu...”, dan hasil FGD yang telah dilakukan kemudian dianalisa dengan membagi pemberi suara sesuai dengan persepsi citri diri politik dan tipe pemberi suara. Dan ternyata PKS tidak berhasil menciptakan sebuah citra sebagai partai yang dapat merepresentasikan semua segmen pemilih karena alasan pemberi suara kini tidak lagi melihat identifikasi partai, tetapi pada tokoh yang diusung, isu nasional, dan platform partai politik bagi mereka sebagai kontrapretasi jangka pendek.

-

Kata Kunci :


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.