Laporkan Masalah

KEBIJAKAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI UGM

ANGGIT NUR SP, Dr. M. Supraja, M.Si

2013 | Skripsi | Sosiologi

Penelitian ini membahas bagaimana Universitas Gadjah Mada yang selama ini dikenal sebagai kampus kerakyatan yang memihak “wong cilik” dalam menata pedagang kaki lima (PKL) yang berada di lingkungan kampus. Penataan PKL merupakan syarat mutlak untuk memajukan kegiatan akademik di UGM untuk Akreditasi di tingkat Nasional dan Internasional. Hal ini menimbulkan konflik diantara semua yang berkepentingan di UGM, pedagang yang menghidupi dirinya, civitas akademika yang mencari makan murah dan dekat dengan kampus, dan pihak UGM dalam penataan lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif, untuk mengeksplorasi dan klarifikasi mengenai interaksi sosial diantara berbagai pihak tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil bahwa pada prinsipnya UGM berpihak kepada rakyat kecil, tetapi karena rakyat kecil pendidikannya rendah, maka pola pikirnya susah berubah dan susah diajak maju. Namun demikian, dengan upaya persuasi maka perlahan-lahan pola pikir PKL bisa berubah dan menerima niat baik dari UGM. Selanjutnya dampak dari kebijakan penataan tersebut kesadaran PKL meningkat sehingga bisa menyesuaikan diri dengan konsep food court. Setelah ada kebijakan penataan ada perubahan terhadap lingkungan. Selain itu, terjadi dampak ekonomi dan sosial budaya. Dampak perubahan tersebut bersifat positif seperti misalnya meningkatnya kelayakan dan kenyamanan usaha; terbukanya kesempatan kerja; perubahan status PKL menjadi pedagang legal; keamanan lokasi lebih terjamin. Sedangkan dampak kebijakan yang bersifat negatif yaitu menurunnya modal dan pendapatan; meningkatnya biaya operasional; menurunnya aktifitas PKL; serta meningkatnya persaingan. Usaha PKL dalam mempertahankan eksistensinya di food court UGM antara lain adanya kesadaran berkoperasi, menjaga kebersihan, ketertiban dan keindahan lokasi, pemahaman tentang Peraturan Daerah, rasa solidaritas, rasa kebersamaan dan kesamaan serta mengikuti pembinaan PKL oleh pihak UGM maupun PT Gama Multi Usaha Mandiri. Peneliti merekomendasikan untuk dilakukan kajian lanjutan bagaimana mengoptimalkan peran para pedagang “Food Court UGM” supaya menjadi lebih maju dengan berbagai pelatihan yang berlangsung secara terus menerus, dikarenakan latar belakang pendidikan pedagang yang setengahnya merupakan sekolah dasar, sehingga sepertinya ada kesenjangan kesepahaman penataan antara pengambil kebijakan, pelaksana kebijakan di lapangan dan para pedagang di lapangan.

-

Kata Kunci : Penataan, Pedagang Kaki Lima, interaksi sosial, dampak sosial, kesenjangan pendidikan


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.