Laporkan Masalah

ORANG TLEMANG MEMAKNAI MENDHAK Studi Interpretasi Makna Upacara Mendhak di Desa Tlemang, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur

GILANG PERMATA SARI, Agus Indiyanto, S.Sos., M.Msi.

2013 | Skripsi | ANTROPOLOGI BUDAYA

Mendhak atau masyarakat Tlemang menyebutnya sebagai upacara nyanggring adalah sebuah prosesi upacara tradisional yang bertujuan untuk bersih desa dan memasak masakan khusus sayur sanggring yang dahulu merupakan masakan untuk selamatan atas wisudanya leluhur Desa Tlemang, Ki Buyut Terik. Upacara yang dilakukan selama empat hari berturut-turut secara bertahap melakukan tata cara upacara mulai dari membersihkan sumber mata air atau dhudhuk sendhang, kemudian membersihkan lingkungan sekitar makam Ki Buyut Terik yang berada tak jauh dari pemukiman penduduk Desa Tlemang pada hari kedua. Di hari ketiga merupakan sebuah proses persiapan sebelum hari puncak mendhak-an dengan memasak daging kambing dan mulainya pentas wayang krucil sebagai pengiring proses persiapan tersebut. Kemudian pada hari keempat yakni hari puncak mendhak dimulailah memasak sayur sanggring atau nyanggring dengan diiringi wayang krucil hingga prosesi nyanggring selesai. Sebagai penutup, setelah nyanggring seluruh masyarakat Tlemang berbondongbondong datang ke makam Ki Buyut Terik untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memberikan sesaji untuk Ki Buyut Terik sebelum masyarakat kembali pulang ke rumah masing-masing. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-November 2012, dan dilanjutkan pada April tahun 2013 di Desa Tlemang, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan makna upacara mendhak pada masyarakat di Desa Tlemang yang meliputi religi, sosial, politik dan ekonomi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam kepada beberapa informan dan partisipasi observasi untuk pengumpulan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upacara mendhak diciptakan untuk membentuk solidaritas masyarakat sekaligus sebagai pesta rakyat atas panen hasil bumi Desa Tlemang. Dengan menjadikan sosok Ki Buyut Terik yang dianggap sebagai prakarsa atas pelaksanaan upacara mendhak, masyarakat Tlemang merasa memiliki kewajiban untuk melaksanakan upacara mendhak setiap tahunnya. Selain itu, upacara mendhak juga dijadikan sebagai legitimasi kedudukan dan kekuasaan kepala desa yang merangkap menjadi kepala adat untuk membuat perubahan-perubahan pada upacara mendhak tanpa harus merubah nilai dan makna upacara itu sendiri, namun dengan perubahan itu diharapkan agar upacara mendhak bisa berjalan lebih mudah, mengislami, dan meriah.

Mendhak or popularly known as Nyanggring is a traditional ritual which is aimed to clean the village with offer special dishes called Sanggring to Tlemang ancestral village named Ki Buyut Terik. The ceremony is performed in 4 days through several stage, started with clean up the fountain named dhudhuk sendhang, then in second day people clean up the environment around the tomb of Ki Buyut Terik where located near the village. The third day is a preparation day before Mendhak or the main thing in ceremony, they are cooking the goat meat and performing puppet show named Wayang Krucil as accompany the whole process. The last day, or the forth day, people begin to cock Sanggring or called Nyanggring along the puppet show until the process is finished. After the ceremony, people are flocked to Ki Buyut Terik’s tomb to express their gratitude to God Almighty and offer the Sanggring to Ki Buyut Terik before they are back to village. This research started on October-November 2012, and continued on April 2013 in Tlemang Village, Ngimbang Subdistrict, Lamongan District, East Java. This research is purposed to reveal the meaning of mendhak ceremony in Tlemang society which is including religion, social, policy, and economic. The method used in this study is depth interview with several local informant and do participant observation to collect important information. The result of this study shown that mendhak ceremony is created to build people solidarity also as mass party for the success harvest in their village, Tlemang. Announce that Ki Buyut Terik as the former of this ceremony or mendhak ceremony, people sense the feeling of having the duty to held this ceremony in every year. It is also became as a way to legitimating the power and the position of village chair man (kepala desa) who also role as kepala adat. This role is powerful to make the changes in mendhak ceremony without change the value and means inside ceremony itself, but the change are wished to make the ceremony run easily, more Islamic and joyful.  

Kata Kunci : Tlemang, ritual, mendhak


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.