ANALISIS KELAYAKAN INDUSTRI PENGOLAHAN NATA DE CASSAVA DI CV. AGRINDO SUPRAFOOD YOGYAKARTA
RM PERSIA MANGGALA, Dr. Jumeri, STP. M.Si.
2013 | Skripsi | TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANAir kelapa merupakan salah satu bahan baku dalam proses produksi nata de coco. Namun seiring berjalannya waktu, air kelapa menjadi sebuah komoditas yang sulit dicari. Untuk itu, diperlukan strategi yang tepat agar kelangkaan air kelapa ini tidak menjadi penghambat dalam proses produksi. CV. Agrindo Suprafood merupakan salah satu pabrik pengolahan nata yang mengalami kesulitan terkait bahan baku air kelapa tersebut. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah melakukan diversifikasi bahan baku. Salah satu bahan baku pengganti air kelapa yang paling potensial untuk digunakan adalah singkong atau ubi kayu. Singkong mengandung pati sekitar 30% yang dapat diperoleh dari proses perebusan. Pati tersebut kemudian dipecah menjadi senyawa glukosa (sekitar 90% dari keseluruhan pati) yang diperlukan sebagai nutrisi media tumbuh dari bakteri A. xylinum untuk menghasilkan nata. Penelitian ini diawali dengan observasi lapangan terkait kelayakan serta ketersediaan bahan baku singkong di lapangan dilanjutkan dengan formulasi bahan baku singkong menjadi nata. Proses pengolahan singkong menjadi nata secara garis besar dibagi 2 tahap, tahap yang pertama adalah pembuatan glukosa singkong secara hidrolisis enzimatis menggunakan enzim α-amilase serta β-amilase, dilanjutkan dengan pembuatan medium pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dari glukosa singkong yang telah dibuat sebelumnya. Dari penelitian yang telah dilakukan, dari setiap 1 Kilogram singkong mentah dapat diolah menjadi 4,6 Liter glukosa singkong yang nantinya akan menjadi 4,6 Kilogram nata. Industri nata berbahan baku singkong yang hendak didirikan CV. Agrindo Suprafood memiliki kapasitas produksi 1.224 Ton nata tiap tahunnya. Yang akan mengalami BEP pada unit 662.177 kg, PBP setelah 1 tahun 18 hari dengan nilai NPV Rp. 1.282.690.697,59 IRR 49,99% PI 4,07 serta B/C Rasio 1,18 yang artinya industri ini layak untuk dijalankan.
Coconut water is one of the raw material in the nata de coco production process. But over time, the coconut water being a commodity that hard to find. For that, the right strategy needed to overcome the coconut water scarcity to avoid bottleneck in the production process. CV. Agrindo Suprafood is one of the nata procces industry that have difficulties related to the raw material of coconut water. The strategy that can be applied is to diversify the coconut water. The most potential coconut water substitute is cassava or manioc. Cassava starch containing about 30% which can be obtained from the boiling process then broken down into glucose compounds (about 90% of the total starch) are required as a nutrient growth medium of bacteria A. xylinum to produce nata. This study started with observations related to the feasibility and availability of cassava followed by the formulation of cassava into nata. The processing of cassava into nata divided into 2 stages, the first stage is making the cassava glucose by hydrolysis enzymatic method using α- amylase and β-amylase enzymes followed by the processing of that cassava glucose become Acetobacter xylinum bacterial growth medium. From this research, every 1 kilogram of raw cassava can be processed into 4,6 litre glucose cassava which will be 4,6 Kilogram nata. Nata de cassava industrial processing that will be established by CV. Agrindo Suprafood has production capacity of 1,224 tons annually for a year. That will have BEP unit on 662 177 kg, PBP after 1 year 18 days with NPV Rp. 1,282,690,697.59 IRR 49.99% PI 4.07 and B / C ratio of 1.18, which means the industry is eligible to run.
Kata Kunci : Nata, singkong, hidrolisis enzimatis, kelayakan