Laporkan Masalah

STUDI KOMPARASI KARAKTERISTIK KONDISI SOSIAL EKONOMI PENGHUNI RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) PEKUNDEN DAN BANDARHARJO SEMARANG

YUNITA TRILESTARI, Djaka Marwasta, S.Si, M.Si

2013 | Skripsi | GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGAN

Kebijakan pembangunan rusunawa di Kota Semarang merupakan alternatif dalam upaya penanganan kawasan lingkungan permukiman padat penduduk yang menimbulkan kekumuhan. Pertama kali dituangkan melalui pembangunan rumah susun Pekunden yang berada dekat dengan pusat pemerintahan dan semula merupakan kawasan dengan padat penduduk sehingga banyak permukiman padat yang tergolong kumuh dan liar, sedangkan rumah susun Bandarhajo merupakan kawasan pesisir, pelabuhan, industri dan bangunan yang sering tergenang banjir sehingga menimbulkan kekumuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kondisi sosial ekonomi berikut hubungan antara variabel kondisi sosial ekonomi dengan alasan penghuni memilih tinggal di rumah susun. Metode penelitian yang digunakan dengan melakukan survey lapangan, observasi dan wawancara serta analisis data secara statistik deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara random, dengan tipe Proportionate Stratified Random Sampling. Sampel ditentukan berdasarkan populasi Kepala Keluarga (KK) pada tipe hunian 27 m2 dan tipe 54 m2 dengan jumlah responden sebanyak 30 KK di Rusunawa Pekunden dan 50 KK di Rusunawa Bandarharjo, sehingga total responden sebanyak 80 KK. Variabel penelitian berupa aspek sosial ekonomi yang meliputi jumlah ART, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alasan penghunian. Penelitian ini menunjukkan bahwa rata – rata penghuni di Rusunawa Pekunden dan Rusunawa Bandarharjo memiliki karakteristik kondisi sosial ekonomi yang berbeda, dilihat dari tiap variabel sosial ekonomi yang diolah secara statistik deskriptif menunjukkan bahwa penghuni Rusunawa Pekunden memiliki status sosial ekonomi yang lebih baik. Selain itu, ditunjukkan pula bahwa adanya hubungan atau korelasi secara nyata antara variabel sosial ekonomi dengan beberapa alasan penghuni dalam memilih menempati rumah susun. Variabel pendapatan dianggap aspek yang paling dipertimbangkan penghuni dalam memilih rumah susun sebagai tempat hunian.

The policy of flats construction in the Semarang city was an alternative for handle densely populated areas which cause untidiness. This policy firstly used by Pekunden flat housing which have located close to the center of government, and was originally a crowded area with densely populated settlements which were classified as slum and wild, meanwhile Bandarhajo flat was a coast area, industry, harbor and building that often got flooded so that it caused the slum. This study concerned the differences of socio-economic conditions and the relationship between socioeconomic with the resident’s reason to live in the flat. This research used method by conducting field surveys, observations and interviews as well as statistic descriptive data analysis. Sampling was taken randomly, with the type of Proportionate Stratified Random Sampling. The sample was determined based on the patriarch population (KK) on occupancy type 27 m2 and 54 m2 with the number of Pekunden respondents 30 patriarchs and 50 patriarchs in Bandarharjo, thus the total respondents were 80 patriarchs. The variable of socio-economic aspects, including the number of household member, education, employment, income, and occupancy ground. The result showed that the occupants in Pekunden and Bandarharjo flat housing had the socio-economic condition which was significantly different. From every socioeconomic variable and analysis of statistic descriptive that showed the Pekunden occupants had a better social economic status. In addition, the relationship between socio-economic with the some resident’s reason to live in the flat was significantly correlated. Income variable is the most considered aspect by occupants for all of reason to live in Pekunden and Bandarharjo flats.

Kata Kunci : Rumah Susun, Kondisi Sosial Ekonomi, Alasan Penghuni


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.