Laporkan Masalah

PENGARUH JENIS ARANG AKTIF AMPAS TEBU, TATAL KAYU DAN TEMPURUNG KELAPA TERHADAP KEMAMPUAN PENJERAPAN WARNA AIR SUNGAI SAMBAS

winda apriani, Indra Perdana, S.T., M.T., Ph.D.,

2013 | Tesis | S2 Mag.Sistem Teknik

air bersih masih menjadi permasalahan Ketersediaan di Indonesia. Pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat Kota Sambas masih tergantung kepada air sungai. Air sungai ini berasal dari sungai Sambas yang berwarna kuning terang (73,6 TCU) melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan untuk air bersih berdasarkan Permenkes No.416/MEN.KES/PER/IX/1990 (50 TCU), dengan kekeruhan rendah (23,3 NTU) dan pH rendah (4,34). Karakteristik air sungai ini menunjukkan bahwa warna air sungai Sambas adalah warna sejati. Penurunan kadar warna air jenis ini dapat melalui proses penjerapan menggunakan arang aktif. Bahan baku arang aktif dari sumber limbah yang mengandung karbon sangat mudah ditemukan di Indonesia khususnya Kalimantan Barat, seperti limbah ampas tebu, tatal kayu dan tempurung kelapa. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis arang aktif ampas tebu, tatal kayu dan tempurung kelapa yang digunakan sebagai adsorben dalam menjerap warna air sungai Sambas dan mengetahui dosis serta waktu kontak optimum proses tersebut. Arang aktif dibuat dari limbah ampas tebu, tatal kayu dan tempurung kelapa melalui proses pirolisis dengan suhu 5000C selama 3,5 jam dan proses aktifasi kimia dengan perendaman menggunakan aktifator H3PO4 5% selama 24 jam. Air sungai berasal dari sungai Sambas, Desa Tanjung Mekar, Sambas, Kalimantan Barat. Proses penjerapan menggunakan variasi jenis arang aktif (ampas tebu, tatal kayu dan tempurung kelapa); dosis (1, 2, 3, 4 dan 5%b/v); dan waktu kontak (10, 15, 30, 60, 90, 120 dan 180 menit). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jenis bahan baku arang aktif pada proses penjerapan akan memberikan hasil penurunan zat warna yang berbeda. Perlakuan terbaik proses batch dengan 500 ml air sungai Sambas dihasilkan pada penjerapan menggunakan arang aktif ampas tebu dengan dosis optimum 2% b/v dan waktu kontak optimum 90 menit. Kadar warna air yang dihasilkan berkisar antara 50,00-52,00 TCU (memenuhi standar Permenkes No.416/MEN.KES/PER/IX/1990). Hasil penelitian ini diterapkan pada desain instalasi alat penjerap warna air sungai Sambas dengan debit 166,67ml/menit. Analisis ekonomi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh setiap rumah tangga dalam 1 (satu) tahun untuk pengadaan air bersih menggunakan alat penjerap ini lebih hemat 28% jika dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan air bersih dengan cara membeli pada pedagang air bersih. Hal ini menunjukkan bahwa instalasi ini layak untuk dijalankan.

The availability of clean water still poses problems in Indonesia. The need of clean water for Sambas City people still depends on river water. This river water comes from Sambas River which has bright yellow color (73.6 TCU), exceeding the allowed maximum level for clean water in accordance with the Regulation of Health Affairs No.416/MEN.KES/PER/IX/1990, which is 50 TCU, with low turbidity (23.3 TCU) and low pH (4.34). The characteristics of this river water indicate that the water color of Sambas River is true color. Level of this type of water color can be degraded by adsorption process using activated charcoal. It is easy to find raw materials of activated charcoal from waste sources containing carbon in Indonesia, especially West Kalimantan, such as bagasse, wood chips and coconut shell. Therefore, this research was conducted to identify the influence of activated charcoal types of bagasse, wood chips and coconut shell which are used as adsorbent to adsorp the color of Sambas river water and to identify the optimum dosage and duration of the process. Activated charcoal was made of bagasse, wood chip and coconut shell through pyrolysis process at a temperature of 5000C for 3.5 hours followed by chemical activation process using H3PO4 5% for 24 hours. The water was from Sambas river, Tanjung Mekar Village, Sambas, West Kalimantan. The adsorption process employed various types of activated charcoal (bagasse, wood chips and coconut shell); dosage (1, 2, 3, 4 and 5%b/v); and contact time (10, 15, 30, 60, 90, 120 and 180 minutes). The results indicated that different types of activated charcoal material in the adsorption process give different color level. The best treatment of batch process with 500 ml of Sambas river water was from the adsorption using activated charcoal of bagasse with an optimum dosage of 2% b/v and optimum contact duration of 90 minutes. It produced water color level between 50.00-52.00 TCU (meeting the standard of the Regulation of Health Affairs No.416/MEN.KES/PER/IX/1990). The result of this research was applied in water color treatment installation design with a flow rate of 166.67 ml/minute. The economic analysis indicated that the total cost incurred to each household in a year for the supply of clean water using this installation more efficient 28% compared to the total costs incurred for buying clean water from clean water vendors. This indicated that this installation is economically acceptable.

Kata Kunci : arang aktif, adsorben, penjerapan, warna air, sungai Sambas


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.