Laporkan Masalah

STUDY OF WATER BALANCE AND WATER QUALITY ON HIDROLOGICAL SYSTEM OF BETON SPRING FOR WATER RESOURCE CONSERVATION IN DISTRICT PONJONG, GUNUNGKIDUL REGENCY

YUMI LESTARI, Dr. Eko Haryono, M.Si.

2013 | Tesis | S2 Geografi

Mataair Beton adalah resurgence atau outlet sistem hidrologi beberapa sungai permukan yang tertelan oleh ponor-ponor (swallow holes) pada kawasan karst. Sungai Pentung, Sungai Gayam, dan Sungai Tesih diperkirakan menjadi input allogenic Mataair Beton. Debit Mataair Beton relatif besar, dengan aliran konduit yang cenderung turbulen dan perennial. Fungsi utama debitnya adalah untuk irigasi 1.250 ha sawah di 3 kecamatan dan sebagian kecil untuk kolam pemancingan serta kebutuhan domestik. Penduduk dalam DTA memanfaatkan debit sungai, mataair, dan goa yang diperkirakan menjadi satu sistem dengan Mataair Beton untuk berbagai keperluan. Penambangan batugamping marak dilakukan pada perbukitan karst, sehingga mengancam keberlanjutan debit dan kualitas Mataair Beton. “Studi Neraca Air dan Kualitas Air Sistem Hidrologi Mataair Beton untuk Konservasi Sumberdaya Air di Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunungkidul” ini bertujuan untuk: 1) menentukan batas DTA indikatif, 2) menghitung neraca air, 3) menganalisis kualitas air untuk perikanan, dan 4) menyusun strategi konservasi sumberdaya air melalui pengelolaan DTA allogenic dan pengelolaan debit. Metode yang digunakan dibagi menjadi metode sampling dan metode analisis data. Metode area sampling digunakan untuk checking penggunaan lahan dan metode purposive sampling untuk wawancara. Analisis morfologi menggunakan peta kontur untuk delineasi, analisis neraca air, matching kesesuaian kualitas air untuk perikanan, dan identifikasi kekritisan daerah resapan untuk menyusun strategi pengelolaan lahan dan pengelolaan debit. Batas DTA indikatif Mataair Beton adalah seluruh daerah tangkapan air hujan yang mengalir menuju S. Pentung, S. Gayam dan S. Tesih dengan luas 1.678 ha. Batas DTA indikatif ini diuji kebenarannya dengan analisis neraca air, analisis peta geologi dan checking lapangan. Debit rata-rata Mataair Beton 0,72 m 3 /detik dengan hujan efektif (P-Ep) sebesar 468 mm/tahun. Berdasarkan neraca airnya maka luas DTA sesungguhnya adalah 4.841 ha, sehingga batas DTA Mataair Beton meliputi 5 DTA allogenic, yaitu S. Pentung, S. Gayam, S. Tesih, S. Kedung Paran dan S. Plalar dan DTA autogenic. Kualitas airnya sesuai untuk budidaya ikan tawar dengan faktor pembatas suhu dan fosfat. Pengelolaan lahan difokuskan pada DTA allogenic dan sebagian DTA autogenic seluas 3.170 ha (65,5%). Kondisi resapan DTA 72,4% dalam kategori baik hingga normal alami, 27,6% kondisinya mulai kritis dan agak kritis. Pengelolaan debit secara kualitatif baik karena setiap saat tersedia dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik.

Beton Spring is an outlet or resurgence of surface stream hydrological sytem that sinked into swallow holes in karst region. Pentung, Gayam, and Tesih river was predicted as allogenic input of Beton Spring. The Discharge of Beton Spring is relatively large, with conduit stream that tends to turbulence and perennial. The main function of it’s discharge is for irrigated 1250 hectares wet rice field within 3 district, and another functions is for fisheries and domestic use. Residents within recharge area of Beton Spring utilizing stream discharge, springs, and caves that predicted as the same system as Beton Spring for various purposes. Limestone mining was commonplace in a karst region, so that sustainability of Beton Spring discharge and it's water quality are threatened. \\"The Study of Water Balance and Water Quality of Beton spring Hydrological Systems for Water Resource Conservation within Ponjong District, Gunungkidul Regency\\" aims to 1) determine the indicative catchment area of Beton Spring, 2) calculate water balance, 3) water quality analyzes for fisheries, and 4) water resources conservation strategy. The methods that used in this study were divided into method of sampling and data collection. Area sampling method was used for landuse checking and purposive sampling used for the interviews. Morphological analysis using contour maps for delineation, water balance analysis, matching the suitability of water quality for fisheries, and the criticality identification of catchment areas to set the strategies of land and discharge management. The boundary of indicative catchment area of Beton Spring is entire the rainwater catchment that flowing into Pentung, Gayam, and Tesih River which is only 1678 hectares. This Boundary verified with water balance analysis, analysis of geological map, and field checking. Beton Spring average discharge is 0,72 m3/sec with effective rainfall (P- Ep) up to 468 mm, so that the dimension of cathment area is 4841 hectares, wider than indicative boundary of water catchment. Boundary of Beton spring catchment area is abreast to 5 allogenic catchment area among Pentung, Gayam, Tesih, Kedung Paran, Plalar River and autogenic catchment areas. Beton Spring water quality is suitable for freshwater fish farming with limiting factors of to 468 mm, so that the dimension of cathment area is 4841 hectares, wider than indicative boundary phosphate and temperatures. Land management focused on allogenic water catchment and partially autogenic catchment that extent to 3170 hectares (65,5%). 72,4 % of Recharge area condition is in good category to natural normal, 27,6 % is almost critical and rather critical category. Qualitatively discharge management is already good because there are sufficient discharge quantity and good water quality.

Kata Kunci : mata air karst, neraca air, batas DTA allogenic, pengelolaan lahan, kualitas air


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.