Laporkan Masalah

KAJIAN KUALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK MEROPENEM SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI BANGSAL RAWAT INAP RSUD KABUPATEN JOMBANG

NENY NURMIWATI ROSITA, Prof. Dr. Mustofa, M.Kes., Apt.

2013 | Tesis | S2 Ilmu Farmasi

Meropenem merupakan salah satu antibotik berspektrum luas dengan harga relatif mahal yang masih poten secara empirik dan definitif melawan infeksi serius karena multi-drug resistant organism (MDRO). Penggunaannya kini semakin meningkat dan terancam munculnya beberapa laporan kasus resistensi. Kejadian resistensi antibiotik berhubungan dengan penggunaan yang tidak tepat. Apoteker rumah sakit memiliki tanggung jawab dan peran besar dalam hal rasionalitas atau ketepatan pengobatan. Penelitian ini akan menilai kualitas (ketepatan) penggunaan meropenem di bangsal rawat inap RSUD Kabupaten Jombang sebelum dan sesudah pemberian informasi obat oleh peneliti kepada dokter pemberi terapi. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap penilaian kualitas penggunaan meropenem, yakni tahap sebelum pemberian informasi obat secara retrospektif selama bulan Oktober-Desember 2012 dan tahap sesudah pemberian informasi obat secara prospektif selama bulan Februari-April 2013. Pemberian informasi obat oleh peneliti kepada dokter pemberi terapi dilakukan diantara dua tahap penelitian tersebut menggunakan metode diskusi bersama dengan media informasi berupa leaflet tentang meropenem. Penilaian kualitas penggunaan meropenem pada masing-masing tahap menggunakan alur kategori Gyssens. Hasil penilaian kualitas penggunaan meropenem menunjukkan bahwa penggunaan meropenem yang tepat meningkat sesudah pemberian informasi obat dari 7,1% menjadi 39,4% (p<0,05). Pemberian informasi obat menurunkan masalah penggunaan meropenem tidak tepat dosis (32,1% menjadi 30,3%), tidak tepat interval pemberian (50,0% menjadi 27,3%), lama pemberian yang terlalu lama (35,71% menjadi 6,1%) serta ketidaktepatan pemilihan obat karena ada alternatif lebih murah dan spektrum lebih sempit (64,3% menjadi 48,5%).

Meropenem is a broad-spectrum and most expensive antimicrobial agent that highly potent as empirical and definitive therapy against serious infection caused by multi-drug resistant organism (MDRO). But meropenem use is now threatened by the emerging of several reports about resistance to this agent. The antibiotic resistance may emerge as a result of inappropriate use of antibiotic. Hospital pharmacist has the role and responsibility to improve drug use appropriateness. This study will assess the quality (appropriateness) use of meropenem in regional general hospital of Kabupaten Jombang using Gyssens’ category flowchart. This study conducted into two-phase quality evaluation, 3-month in retrospective during October-December 2012 and 3-month in prospective during February-April 2013. Provision of drug information to prescribers as a discusssion using leaflet contains meropenem information was given by researcher in the intervening period. The qualitative evaluation of meropenem use in regional general hospital inpatient wards of Kabupaten Jombang had results that the appropriateness use of meropenem increase after drug information provision from 7,1% to 39,4% (p<0,05). Provision of drug information decrease inappropriate use of meropenem due to inappropriate dose (from 32,1% to 30,3%), inappropriate administration interval (from 50,0% to 27,3%), duration too long (from 35,71% to 6,1%) and the availability of more cheapest and narrower-spectrum alternative agents (from 64,3% to 48,5%).

Kata Kunci : Meropenem, ketepatan penggunaan obat, pemberian informasi obat, Gyssens, Jombang


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.