KARAKTERISTIK ENERGI KAYU DAN KULIT LIMA JENIS POHON DARI HUTAN DI MERAUKE
NUNIK SRI WAHYUNI, Dr. Joko Sulistyo, S.Hut., M.Sc.
2013 | Skripsi | TEKNOLOGI HASIL HUTANKeterbatasan pasokan energi Indonesia dan naiknya harga bahan bakar minyak mendorong masyarakat dan industri untuk menggunakan energi alternatif terbarukan, di antaranya penggunaan biomassa. Salah satu sumber energi terbarukan dari biomassa adalah kayu dan kulit. Papua merupakan daerah yang berpotensi menghasilkan biomassa kayu, salah satunya hutan di Merauke. Hutan di Merauke memiliki berbagai jenis pepohonan yang potensial sebagai industri kayu dan pulp yang akan menimbulkan limbah biomassa. Pemanfaatan limbah biomassa untuk energi memerlukan informasi nilai kalor. Pengujian nilai kalor dilakukan untuk mengetahui besarnya energi yang dihasilkan dari kayu dan kulit dari lima jenis pohon dari hutan di Merauke. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kayu dan kulit dari jenis kayu Acacia mangium, Acacia crassicarpa, Eucalyptus pellita, Melaleuca viridiflora, dan Lophostemon suaveolens Pengujian dilakukan berdasarkan standar ASTM (American Standard of Testing Material). Pengujian nilai kalor dilakukan dengan menggunakan bomb calorimeter. Pengujian sifat fisik dan proksimat meliputi kadar air, berat jenis, kadar abu, kadar zat mudah menguap (volatile), dan kadar karbon terikat. Perhitungan Fuelwood Value Index (FVI) dihitung berdasarkan nilai kalor, berat jenis, dan kadar abu. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang disusun secara faktorial dengan dua faktor yang berbeda yaitu jenis kayu dan bagian tanaman yang terdiri dari kayu dan kulit. Hasil pengukuran nilai kalor lima jenis kayu (Acacia mangium, A. crassicarpa, Eucalyptus pellita, Melaleuca viridiflora dan Lophostemon suaveolens) berturut-turut sebesar 4.066 kal/g, 4.701 kal/g, 4.241 kal/g, 4.088 kal/g, 4.513 kal/g dan kulitnya berturut-turut sebesar 4.639 kal/g, 4.374 kal/g, 4.403 kal/g, 5.435 kal/g, 4.406 kal/g. Hasil pengukuran kadar air, berat jenis, kadar abu, kadar volatile metter, kadar karbon terikat, dan FVI dari lima jenis kayu dari hutan di Merauke berturut-turut sebesar 15,9%, 0,637, 0,88%, 81,6%, 17,47%. Nilai kalor pada jenis kayu hutan Merauke tidak berbeda karena adanya persamaan pada kadar zat mudah menguap dan kadar karbon terikat. Nilai kalor kayu dan kulit berbeda nyata, dengan nilai rata-rata secara berurutan kayu dan kulit sebesar 4.652 kal/g dan 4.322 kal/g. Nilai kalor kulit lebih tinggi dari kayu karena kadar zat mudah menguap kulit yang lebih rendah dari kayu. Di sisi lain kulit memiliki kadar karbon terikat kulit yang lebih tinggi dari kayunya.
The limit of energy resources in Indonesia and the increase the price of fuel oil encourage people and industry to find alternative other renewable energy resources such as wood biomass. Papua has a large area of production forest, including forest in Merauke. Forest in Merauke is potential for pulp and wood industrys that generate a large waste of biomass. This study investigated the Calorific value of wood and bark of five species. Testing from these five different wood species was carried out in order to find the value of energy obtained from wood and bark of five species of forest in Merauke. The materials used in this research were wood and bark of five trees species which were Acacia mangium, Acacia crassicarpa, Eucalyptus pellita, Melaleuca viridiflora,and Lophostemon suaveolens. The experiment was carried out based on ASTM (American Standard of Testing Material). The test of calorific value was carried out using bom calorimeter. The physic and proximate test were moisture content, specific gravity, ash content, volatile content, and fixed carbon. The Fuelwood Value Index was calculated based on the calorific value, specific gravity, and ash content. This research using completly randomized factorial design and arranged in factorial with two different factors were the tree species and the tree components i.e. bark and wood. The calorific value of the wood of five trees species (Acacia mangium, A. crassicarpa, Eucalyptus pellita, Melaleuca viridiflora and Lophostemon suaveolens) respectively 4,066 kal/g, 4,701 kal/g, 4,241 kal/g, 4,088 kal/g, 4,513 kal/g and the bark respectively 4,639 kal/g, 4,374 kal/g, 4,403 kal/g, 5,435 kal/g, 4,406 kal/g. The moisture content, specific gravity, ash content, volatile content, and fixed carbon are respectively 15.9%, 0.637, 0.88%, 81.6%, and 17.47%. No significant difference of the calorific value among species caused by the similar value of volatile and fixed carbon. The calorific value between wood and the bark were significantly different with the average 4,652 kal/g and 4,322 kal/g respectively. The calorific value of wood was higher than the bark closing by the lower volatile matter content in the bark.
Kata Kunci : Energi, kayu, kulit, jenis pohon, nilai kalor, hutan, Merauke