Laporkan Masalah

ETNOEKOLOGI PERLADANGAN DAN KEHILANGAN KARBON DI AREAL KONSESI PT. SARI BUMI KUSUMA KALIMANTAN TENGAH (Studi Kasus Masyarakat Dayak Pangin, Dohoi, dan Melahui)

WAHID ADI WIBOWO, Prof. Dr. Ir. San Afri Awang, M.Sc.

2013 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan

Berladang adalah salah satu bentuk interaksi yang dilakukan antara masyarakat Dayak dengan hutan. Interaksi ini sudah lama terjalin semenjak mereka menempati hulu sungai Katingan, Seruyan dan Senamang. Seiring perkembangan zaman ditambah masuknya PT. Sari Bumi Kusuma sebagai pemegang izin pengelolaan hutan mengakibatnya terjadinya pergeseran pemaknaan kegiatan berladang. Penelitian bertujuan untuk : 1) Mendapatkan informasi tentang etnoekologi perladangan masyarakat Dayak yang hidup di areal konsesi PT. Sari Bumi Kusuma, 2) Memproyeksikan kebutuhan lahan, 3) Menghitung potensi biomassa, karbon, dan penyerapan gas CO² dari penanaman karet serta potensi biomassa, karbon dan penyerapan gas CO² hilang akibat kegitan perladangan. Metoda yang digunakan yaitu metode etnografi sesuai yang ditulis oleh James Spreadley. Penelitian dilaksanakan di tiga desa yaitu Tanjung Paku, Tumbang Karuei, dan Kiham Batang. Observasi partisipatoris artinya peneliti akan tinggal bersama dan ikut melakukan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Dayak. Pengambilan data sosial dilakukan dengan wawancara terbuka dan mendalam. Pemilihan informan kunci dilakukan dengan penunjukan, informan selanjutnya dipilih menggunakan metoda snowball. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Proyeksi perladangan dibuat dengan menggunakan software Idrisi Taiga. Metoda proyeksi mengikuti hukum Markov. Penghitungan karbon dicari dengan menggunakan persamaan allometrik yang sudah ada. Input yang digunakan untuk menghitung karbon berasal dari data sekunder dan memanfaatkan peta hasil proyeksi perladangan tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Proses berladang masyarakat Dayak terdiri dari 7 aktivitas (7M), yaitu mencari lokasi, menebas, menebang, membakar, menanam, memelihara, dan memanen, 2) Kearifan masyarakat Dayak dalam mengelola ladang berupa aturan dan ritual adat dalam menentukan lokasi perladangan, proses pengeringan ladang, memperhatikan tanda alam sebagai indikator serangan hama dan penyakit, sistem bawas, pengakuan akan hak kepemilikan ladang, pengolahan ladang tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida, 3) Faktor yang mempengaruhi perubahan dalam aktivitas perladangan antara lain kondisi alam, pertambahan jumlah penduduk, keterbatasan peluang berusaha, interaksi dengan pihak luar, dan perkembangan teknologi, 4) Luas ladang hasil proyeksi pada tahun 2019 adalah 18.099 ha, 5) Potensi penyerapan karbon dari penanaman karet oleh masyarakat sebesar 60.726 ton, sedangkan potensi kehilangan karbon dari aktivitas perladangan sebesar 291.897 ton.

Farming is one kind of interaction between native Dayak people and forests. This interaction has been long established, since their ancestor occupied the upstream of Katingan, Seruyan, and Senamang River. However, as the development time comes followed by the arrival of PT. Sari Bumi Kusuma with its forest management license holder within Dayak community area, farming activities by native people have changed their meaning. The research aims: 1) to obtain information about the cultivation ethnoecology of Dayak community living in the concession area of PT. Sari Bumi Kusuma, 2) to project land needs, 3) to assess the potential of biomass, carbon, and CO² absorption yield from rubber planting and the lost of biomass, carbon, and CO² sequestration due to farming activities. The method used in the research is ethnographic methods by James Spreadley. The research was conducted in three villages, namely, Tanjung Paku, Tumbang Karuei, and Kiham Batang. Participatory observa tion means that researcher lives in natural setting and participates in activities undertaken by local community. Primary data collection was conducted by open interview and in depth interview. Key informants were selected by reference, and further informants were selected through snowball method. The collected data was analyzed by qualitative analysis. Cultivation projection was built using Idrisi Taiga software. Projection method is conducted in line with the Markov law. Carbon accounting was measured with allometric equations. Secondary data and cultivation projection map in 2019 were used as inputs to measure carbon. The result showed that: 1) The process of Dayak farming consists of seven activities (7M), which are: determining the location, slashing, cutting, burning, planting, maintening, and harvesting, 2) Local Wisdom is used in managing the fields such as rules and customary rites to determine fields’ location and drain the land, and the use of nature’s sign as an indicator of pests and diseases, bawas system, and land tenure, as well as the absence of chemical fertilizers and pesticides, 3) Factors that influence cultivation activities such as nature, population growth, limited business opportunity, interaction with outsiders, and technology development, 4) Total area of projected field in 2019 are 18.099 ha, 5) Carbon sequestration potential of rubber planting by communities is 60.726 tons, while the carbon loss from cultivation activities is estimated at 291.897 tons.

Kata Kunci : Perladangan, kearifan lokal, proyeksi, karbon


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.