INVOLUSI HUTAN RAKYAT (KASUS DI PERBUKITAN MENOREH KABUPATEN KULON PROGO)
MARIA PALMOLINA, Prof. Dr. Ir. San Afri Awang, M.Sc.
2013 | Tesis | S2 Ilmu KehutananKondisi kemiskinan yang terjadi pada masyarakat petani serta perkembangan hutan rakyat yang relatif pesat di Pulau Jawa, memberikan gambaran menarik untuk melihat bagaimana strategi masyarakat petani memanfaatkan lahan garapannya, dimana luas kepemilikan lahan terus menurun, akibat dari bertambahnya jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga petani. Seberapa besar perubahan yang terjadi, berapa luasan lahan minimal yang dibutuhkan rumah tangga petani untuk subsiste, sertabagaimana masyarakat petani hutan rakyat menyikapi keterbatasan lahan, merupakan hal-hal yangakan dipelajari dan diteliti. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian etnografi, dengan maksud menghasilkan suatu deskripsi sosial budaya masyarakat yang isinya disusun dari ungkapan dan tingkah laku masyarakat yang diteliti. Lokasi penelitian di wilayah Perbukitan Menoreh Kabupaten Kulon Progo DIY dengan alasan: (1) Adanya fenomena perubahan pola pemanfaatan lahan pertanian menjadi hutan rakyat. (2) Kabupaten Kulon Progo dinyatakan sebagai daerah yang memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi. Hasil dari penelitian ini adalahkemiskinanmasyarakat petani hutan rakyat disebabkan oleh kecenderungan mereka yang terus menerus merubah lahan sempitnya yang semula pertanianmenjadi hutan rakyat (50-100% dari luas lahan milik), tanpa diikuti dengan pengetahuan pengelolaan hutan rakyat, sehingga hasil dari hutan rakyat tidak berbeda dengan hasil dari pertanian, bahkan cenderung menurun serta mengancam ketahanan pangan mereka (involusi hutan rakyat).Hutan rakyat belum dapat dijadikan tumpuan hidup rumah tangga petanisubsisten dikarenakan luasan lahannya sempit. Luasan lahan minimal bagi rumah tangga petani hutan rakyat pada tingkat subsisten terlihat pada masyarakat petani yang memiliki luas lahan>5000 m2. Strategi yang dilakukan oleh masyarakat petani hutan rakyat dalam mengatasi keterbatasan lahan untuk memenuhi kebutuhan subsistennya adalah dengan menanam tanaman keras/kayu di lahan pertanian, dengan tujuan dapat ditinggal bekerja di sektor non pertanian (sektor informal).
Conditions of poverty that occurs in the farming community and the development of private forests is relatively rapid in Java, provides an overview interesting to see how is strategies that the farmers done where vastland ownership continues to decline, a result of the increasing number of family members in the household farmers. How big change happens, how much minimum land of area required for subsistence farming households, as well as how the farmers responding the limitations of private forest, are the things that will be studied and researched. This study used ethnographic research methods, in order to produce a description of the contents of social culture composed of expressions and behavior of the communities studied. Research sites in the Menoreh Hills in KulonProgo Regency, DIY by reason: (1) The phenomenon of changing patterns of land use from agriculture to private forest. (2) KulonProgo declared as areas that have relatively high poverty rates. The results of this research were occurs involution private forests in the Menoreh hills particular Hargorejo village, with the understanding retardation / stagnation private forest farmers caused by the tendency of the farmers who continually changing landless of the farm into a private forest (50-100% of the land area owned), without followed by knowledge of private forest management, so that the results of the private forests are not different from the results of the farm, and even tended to decline and threaten the food security of their private forest can not be the livelihood of subsistence farming households due to the landless. Land area at least for households private forests at subsistence level seen in the farming community which has a land area > 5000 m2. Strategies of farmers in overcoming the limitations of private forest land to meet subsistence needs is to plant perennials/wood in agricultural land, with the aim to be left to work in the non-agricultural sector (the informal sector).
Kata Kunci : involusi, hutan rakyat, perubahan, pemanfaatan lahan, kemiskinan, agroforestry, menoreh