RUMAH MASYARAKAT PESISIR PANTAI DI KAWASAN PERMUKIMAN DESA LAGASA PASCA REKLAMASI PANTAI “Dengan Tinjauan Khusus Unsur-Unsur Arsitektur Yang Dipertahankan†Kasus: Dusun Wabhahara Desa Lagasa Kecamatan Duruka Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara
LA NGKURI, Prof. Ir. Atyanto Dharoko., M.Phil., Ph.D.
2013 | Tesis | S2 Teknik ArsitekturHadirnya reklamasi pantai di kawasan permukiman Desa Lagasa merupakan suatu bentuk usaha pemerintah untuk menata dan menghidupkan kondisi permukiman yang kurang teratur di kawasan tersebut, sehingga dapat tercipta keselarasan lingkungan kawasan permukiman yang tertata dengan baik dan rapi serta memberikan nafas kehidupan yang baru di kawasan tersebut. Oleh karena itu, saat ini masyarakat di kawasan permukiman tersebut mengalami perkembangan baik dari kondisi ekonomi, kondisi sosial maupun bentuk rumah tinggalnya. Akan tetapi konsep tradisi masyarakat secara turun temurun yang tidak bisa diabaikan dari kehidupan perairan laut dalam merancang rumahnya masih tetap dipertahankan atau tidak linier dengan perkembangan yang dimaksud. Hal ini terlihat dari kacamata arsitektur terhadap indikasi unsur-unsur arsitektur yang masih dipertahankan pada rumah tinggal masyarakat pesisir di kawasan permukiman Desa Lagasa pasca reklamasi pantai. Permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah “ Unsur Arsitektur Yang Dipertahankan Pada Rumah Di Kawasan Permukiman Desa Lagasa Pasca Reklamasi Pantai â€. Dari fokus tersebut, maka timbul pertanyaan penelitian, yaitu: (1) Unsur-unsur arsitektur apa saja yang dipertahankan pada rumah masyarakat pesisir pantai di kawasan permukiman Desa Lagasa pasca reklamasi pantai? Dan (2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi unsur arsitektur tersebut dipertahankan? Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai inventaris budaya lokal di kabupaten Muna dan dapat digunakan sebagai dasar penelitian-penelitian lebih lanjut tentang unsur arsitektur yang dipertahankan pada rumah di kawasan permukiman perairan laut yang sejenis. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan bagi penentu kebijakan dalam membangun permukiman perairan laut, supaya memperhatikan kapasitas internal masyarakatnya (community based development). Dengan begitu, ketika merencanakan dan merancang permukiman di perairan laut diharapkan mampu mewadahi perkembangan mobilitas penghuninya dan berusaha melestarikan nilainilai arsitektur tradisional yang sesuai dengan tradisi masyarakat perairan laut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif berlandaskan paradigma rasionalistis dengan pengambilan fokus secara keseluruhan unit rumah yang tidak dihilangkan dan tetap terjaga keberadaannya dalam konteks serta tidak dilepaskan dari sistem nilai lokalnya, akan tetapi dalam pemilihan sampel dilakukan secara purposive (bertujuan) yaitu beberapa unit rumah saja yang mewakili dari keseluruhan jumlah unit rumah yang ada di kawasan permukiman tersebut. Pengumpulan data dengan cara observasi berupa pengamatan langsung di lapangan, pengukuran, sketsa, dokumentasi dan wawancara. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa konsep pembangunan rumah tinggal masyarakat pesisir di Desa Lagasa tidak bisa dilepaskan dari konsep ikatan warga pesisir dengan leluhurnya sebagai pemukim perairan laut. Dalam implementasinya mencakup unsur-unsur arsitektur yang dipertahankan pada rumah masyarakat pesisir yang berupa lokasi permukiman, orientasi permukiman, bentuk dasar/denah rumah tinggal dan teknik/cara membangun rumah. Konsep ikatan ini mengandung makna adanya ikatan nilai-nilai kehidupan sebagai pelaut, ikatan fisik sebagai identitas rumah, daya adaptasi terhadap lingkungan permukiman, dan kegiatan upacara keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat pesisir di Desa Lagasa. Konsep tersebut didasari atau dipengaruhi oleh keterkaitan masyarakat pesisir dengan laut, sistem kepercayaan warga, hubungan sosial dan kekerabatan, mata pencaharian, pengetahuan dan lingkungan alam yang di kawasan permukiman pesisir Desa Lagasa.
The present of beach reclamation at settlement area of Lagasa Village constitutes one of government effort to arrange and live irregular settlement condition in the place, so it can create settlement environment balance which is arranged well and orderly, and give fresh life condition in the area. Therefore, now days the society in the place have good development of economy, social, and its housing forms. But, the concept of society tradition from old generation that can not be separated from sea life in designing their house still kept or it is not balanced with the development. It is seen from architecture view toward architecture element indications that is still kept in the society housing at the Lagasa village after reclamation beach. The focused problem in this study is “Defended Architecture Elements on House at the Lagasa Village Settlement after Beach Reclamationâ€. Based on the problem, the study questions are: (1) what are architecture elements defended on society house at Lagasa village after beach reclamation? And (2) what are the factors that influence the defended architecture elements? The expected significant of this study is as local culture inventory at Muna regency and it can be used for further studies of defended architecture elements on sea area. Besides, the result of this study can be used as policy determiner in developing sea area settlement, in order to consider its internal society capacity (community based development). Thus, when making planning and designing sea area settlement, it can help its society mobility development, and look after suitable traditional architecture values with coast society. This study uses qualitative method based on rational paradigm with taking sample of whole houses that is not lose and still kept of its area, and it is not separated from local value system, however in taking sample still done by purposive sampling, namely just several houses that represent from all house in the settlement area. The data collected by using observation of field direct observation, measuring, arranging, documentation, and interviewing. The result of this study shows that concept of society house development at Lagasa village can not be separated from society tie to its ancestors as settler in the sea area. In the implementation, it covers defended architecture elements on coast society house of settlement location, settlement orientation, house base form, and house building technique. This tie concept have life value rule as sailor, physic rule as house identity, and adaptation to settlement environment, and religious ceremony activity done by society at the coast of Lagasa village. The concept based on or influenced by society tie the sea, society belief system, social and family relationship, job, knowledge, and natural environment at the settlement area of Lagasa village.
Kata Kunci : Rumah Pesisir, Unsur Arsitektur di Pertahankan, Konsep Masyarakat, Pasca Reklamasi Pantai