PENANGANAN KESEHATAN KELINCI PERIODE JANUARI-SEPTEMBER 2012 DI RSH. PROF. SOEPARWI YOGYAKARTA
MASHUDY SUDRAJAT, Prof. Dr. drh. Siti Isrina Oktavia Salasia
2013 | Tugas Akhir | D3 KESEHATAN HEWANPelaksanaan Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan di RSH. Soeparwi Yogyakarta, dengan tujuan untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang cara penanganan kesehatan pada kelinci. Penyusunan karya tulis ini berdasarkan pengambilan data ambulator bulan Januari sampai September 2012 di RSH. Soeparwi. Ternak kelinci merupakan salah satu aset bagi para peternak yang sangat berharga. Disamping sebagai hewan kesayangan, kelinci juga sebagai penghasil daging yang tinggi kandungan protein dan rendah kolesterol. Selain itu kelinci juga dapat sebagai penghasil kulit bulu, juga menghasilkan wol, sebagai hewan coba dalam dunia kedokteran dan farmasi, kotoran dan urine sebagai pupuk organik yang bermutu tinggi untuk tanaman sayuran dan bunga. Berbagai jenis kelinci yang sudah dibudidayakan di Indonesia antara lain, Lops, Fuzzy, Rex, Angora, New Zealand, Netherland Dwarf, Satin, Flamish Giant. Kelinci mampu melahirkan 10-11 kali pertahun dengan rataan 6-7 anak perkelahiran. Jumlah pasien kelinci di RSH. Prof. Soeparwi dalam periode Januari-September 2012 yaitu ada 117 pasien. Dari jumlah 117 pasien kelinci tersebut mengalami scabies 72 kasus, enteritis sebanyak 14 kasus, vulnus 6 kasus, abses, dan bloat masing-masing 4 kasus, rhinitis 3 kasus, hipokalsemia, conjungtivitis, paralysis saraf, malnutrisi, dan dermathopytosis masing-masing 2 kasus, dan fraktur, myasis, dan myopathi 1 kasus. Penanganan kasus penyakit pada kelinci secara umum untuk scabies dengan ivermectin dan duradryl, kasus enteritis dengan enrofloxacin, metronidazole, kasus vulnus dengan bioplasenton, kasus abses dengan dexamethasone, kasus bloat dengan dysflatil, vit Bplek, kasus rhinitis dengan chepalexin, duradryl, kasus hipokalsemia dengan elkana, enrofloxacin, kasus conjungtivitis dengan biosolamin, amoxicillin, kasus paralysis saraf dengan neurobion, kasus malnutrisi dengan vitamin B-plek, kasus dermathopytosis dengan ketoconazole, kasus fraktur dengan calcii laktat, kasus myasis dengan infus kl, dan kasus myopathi dengan biosolamin, dan neurobion.
The implementation of fieldwork practice done at the RSH. Soeparwi Yogyakarta with the objective to increase insight and science on the manner of handling health of rabbits. The making of this paper is based on January-September 2012 ambulator data takings at RSH. Soeparwi. Rabbits’ livestock is one of breeder’s most valued assets. Besides a favourite animal, rabbits produces high-protein and low-cholesterol meat as well. Furthermore, rabbits also produces fur skins and wool, they are used as experimental animal in medical and pharmacy field, and their feces and urine are used as high-quality organic fertilizer for vegetable and flower plants. Various kind of rabbits has been bred in Indonesia, such as Lops, Fuzzy, Rex, Angora, New Zealend, Netherland Dwarf, Satin, and Flamish Giant. Rabbits could deliver 10-11 times a year averaging on 6-7 bunnies on each delivery. The number of rabbit patients at RSH. Prof. Soeparwi during January-September 2012 period is 117 patients. From the figure of 117, there are 72 cases of scabies, 14 cases of enteritis, six cases of vulnus, four cases of abscess and bloat, three cases of rhinitis, two cases of hypocalcemia, conjungtivitis, nerve paralysis, malnutrition, and dermathopytosis, and one case of fracture, myasis and myopathi. The handling of disease cases on rabbits generally for scabies is using ivermectin and duradyl, enrofloxacin and metronidazole for enteritis cases, bioplacenton for vulnus cases, dexamethasone for abscess cases, dysflatil and B-plek vitamin for bloat cases, chepalexin and duradyl for rhinitis cases, elkana and enrofloxacin for hypocalcemia, biosalamin and amoxicillin for conjungtivitis, neurobion for nerve paralysis, B-plek vitamin for malnutrition ketoconazole for dermathopytosis, calcii laktat for fractures, Kl infusion for myasis, and biosalamin and neurobion for myopathi cases.
Kata Kunci : kelinci, penyakit hewan, pengendalian penyakit