HUBUNGAN ANTARA CURAH SALIVA TANPA STIMULASI DENGAN PENILAIAN KEPARAHAN XEROSTOMIA MENGGUNAKAN KUESIONER XEROSTOMIA (Kajian Pada Pasien Radioterapi Kanker Kepala dan Leher di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta)
FRIENDIKA DHIAH AYU INTAN S., Dr. drg. Dewi Agustina, M.D.Sc, M.D.Sc.
2013 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER GIGIRadioterapi kanker kepala dan leher dapat mengakibatkan xerostomia. Xerostomia disebabkan sel-sel asinar kelenjar saliva mengalami kerusakan dan mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas saliva. Penilaian keparahan xerostomia menggunakan pemeriksaan obyektif dan subyektif. Pemeriksaan obyektif dilakukan dengan pengukuran curah saliva tanpa stimulasi. Pemeriksaan subyektif dilakukan dengan pengisian kuesioner tentang mulut kering diantaranya Xerostomia Questionnaire (XQ) dan Groningen Radiotherapy-Induced Xerostomia Questionnaire (GRIX). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara curah saliva tanpa stimulasi dan penilaian keparahan xerostomia menggunakan dua kuesioner tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional observasional. Subyek penelitian terdiri dari 30 pasien kanker kepala dan leher yang menjalani radioterapi di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada bulan Januari-April 2013. Keparahan xerostomia dinilai menggunakan kuesioner xerostomia (XQ dan GRIX). Curah saliva tanpa stimulasi diukur selama 15 menit kemudian ditimbang dan hasilnya dikonversi ke dalam ml/menit. Data dianalisis menggunakan uji Spearman Rank Correlation. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan antara curah saliva tanpa stimulasi dengan penilaian keparahan xerostomia menggunakan XQ dan GRIX dengan nilai koefisien korelasi -0,452 (p<0,05) dan -0,511 (p<0,05). Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah ada hubungan antara curah saliva tanpa stimulasi dengan penilaian keparahan xerostomia menggunakan XQ dan GRIX pada pasien radioterapi kepala dan leher di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Semakin rendah curah saliva tanpa stimulasi maka semakin parah xerostomia yang dirasakan pasien.
Head and neck radiotherapy may cause xerostomia. Xerostomia may be caused by acinar cells of salivary glands damaged, leads to decrease of saliva quality and quantity. The severity of xerostomia is observed using objective and subjective examinations. Objective examination assessed by unstimulated salivary flow rate measurement. Subjective examination assessed using xerostomia questionnaires. There are two questionnaires used in assessment of xerostomia after head and neck cancer radiotherapy namely Xerostomia Questionnaire (XQ) and Groningen Radiotherapy-Induced Xerostomia Questionnaire (GRIX). The objective of this study is to know the correlation between unstimulated salivary flow rate and severity of xerostomia assessment using these questionnaires. This study used cross sectional observational method. There were 30 head and neck cancer patients undergoing radiotherapy at Radiology Installation of RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta in Januari-April 2013 involved in this study. The assessment of xerostomia used xerostomia questionnaires (XQ and GRIX). Unstimulated salivary flow rate was measured for 15 minutes then the result converted into ml/minutes. Data was analyzed using Spearman Rank Correlation. Result of this study was there is a negative significant correlation between unstimulated salivary flow rate and severity of xerostomia assessment using XQ and GRIX with correlation coeficient of -0,452 (p<0,05) and -0,511 (p<0,05). It can be concluded that there is a correlation between unstimulated salivary flow rate and severity of xerostomia assessment using XQ and GRIX for head and neck cancer patients undergoing radiotherapy at RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. The lower the unstimulated salivary flow rate, the more severe xerostomia complained by patients.
Kata Kunci : Xerostomia, Curah Saliva Tanpa Stimulasi, XQ, GRIX, Radioterapi Kepala dan Leher, RSUP Dr. Sardjito