KOMPLIKASI FRAKTUR MAKSILOFASIAL AKIBAT GEMPA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2006

MAULIDIAH ARDILAH, drg. Poerwati Soetji Rahajoe, Sp.BM

2013 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER GIGI

Indonesia merupakan negara yang terletak di antara pertemuan tiga lempeng tektonik aktif sehingga memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap terjadinya gempa-gempa tektonik. Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 silam telah berdampak besar pada Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, yaitu menyebabkan ribuan korban jiwa dan korban luka-luka. Fraktur maksilofasial dari segi etiologi memiliki beberapa penyebab umum. Gempa bumi bukan merupakan penyebab umum dari fraktur maksilofasial karena tidak selalu terjadi pada tiap negara, namun dapat mengakibatkan banyak korban luka termasuk didalamnya fraktur maksilofasial. Fraktur maksilofasial yang diakibatkan oleh gempa bumi bisa jadi lebih kompleks dan parah dibandingkan akibat lain, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya komplikasi pasca perawatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan antara jumlah komplikasi pasca perawatan fraktur maksilofasial akibat gempa bumi dengan jumlah komplikasi pasca perawatan fraktur maksilofasial akibat lain. Analisis dan deskripsi lebih lanjut dilakukan pada 38 rekam medis pasien fraktur maksilofasial yang ditemukan dan sesuai dengan kriteria penelitian dari 3 rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis lebih lanjut mendeskripsikan pola fraktur berdasarkan etiologi, lokasi anatomis, tipe fraktur, cedera lain yang menyertai fraktur, perawatan definitif yang dilakukan, waktu perawatan, dan komplikasi pasca perawatan fraktur. Hasil menunjukkan jumlah komplikasi pasca perawatan pada pasien fraktur maksilofasial akibat gempa lebih banyak terjadi dibandingkan dengan yang terjadi pada pasien fraktur maksilofasial akibat lain dan secara statistik dengan menggunakan tes binomial menunjukkan perbedaan yang bermakna.

Indonesia is a country that lies between the meeting of three active tectonic plates, making it supceptibles to tectonic earthquakes. The earthquake that happened on May 27th 2006 had a great effect to Daerah Istimewa Yogyakarta and surrounding area, that made thousands of people died and thousands of people hurt. Maxillofacial fracture in terms of etiology has some common cause. Earthquake is not a common cause of maxillofacial fracture because it is not always happens in every country, but it can cause many injured victims, including maxillofacial fracture. Maxillofacial fracture that caused by an earthquake probably more complex and severe than routine trauma, so it does not rule out the possibility of post treatment complication. This study was conducted to know the difference between the number of post treatment complication of the maxillofacial fracture that caused by an earthquake and post treatment complication caused by routine trauma. Further analysis and description was conducted based on 38 medical records of maxillofacial fractures patients that we found and match the criteria of the study from 3 hospitals in Daerah Istimewa Yogyakarta. Further analysis described fractures pattern based on etiology, anatomic site, type of fracture, concomitant injuries, definitive treatment, time to treatment, and post treatment complication. The result showed that the number of post treatment complication in maxillofacial fracture patients caused by an earthquake was more than the number of post treatment complication in maxillofacial fracture patients caused by routine trauma and statistically with binomial test has significant difference.

Kata Kunci : Fraktur maksilofasial, gempa bumi, komplikasi pasca perawatan