Hubungan agrosil vikultur dengan pendapatan penduduk desa hutan peserta pesanggem di Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati Jawa Tengah

BANOWATI, Eva, Prof.Dr. A.J. Suhardjo, MA

2001 | Tesis | S2 Geografi

Sumberdaya hutan yang dikelola oleh Perhutani merupakan sumber devisa negara, akan tetapi masalah pengoptimalisasi produksi hasil hutan dihadapkan kepada masalah kerusakan hutan yang disebabkan oleh pemanfaatan hasil hutan oleh penduduk desa sekitar hutan yang tidak berlahan pertanian untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui hubungan kegiatan agrosilvikultur dengan pendapatan peserta pesanggem desa hutan dengan pendekatan keruangan dan metode survai. Lokasi penelitian diambil sesuai tujuan penelitian. Data dikumpulkan dengan mewawancarai 205 responden yang diambil secara proporsional random sampling. Dilakukan observasi lapangan dan wawancara secara mendalam dilakukan kepada informan kunci. Data dianalisis dengan menggunakan ditribusi frekuensi dan tabel silang dengan komputer program SPSS Versi 7.5, kemudian dinterpretasi secara kualitatif. Hasil penelitian ini mendapatkan bukh bahwa peserta pesanggem di Desa Larangan melaksanakan program Insus Tumpang Sari Hutan (ITSH) sedangkan pesanggem Desa Maitan melaksanakan program Perhutanan Sosial (PS). Pesanggem yang mengolah lahan andil97 persen kepala rumah tangga laki-laki dan sebgian kreci? (3 orang) kepala rumah tangga wanita. Umur para peserta pesanggem termasuk usia produktif.Umumnya peserta pesanggem tidak memiliki lahan pertanian, termasuk dalam kategori miskin. Luasan lahan andil berpengaruh terhadap tingkat kegiatan agrosilvikultur. Tingkat kegiatan agrosilvikultur tidak mernpmgm! penciapatan Kerusakan hutan dipengaruhi oleh jumlab anggota nunah tangga dan tingkat kemislunan penduduk namun tidak dipengaruhi oleh jarak tempat tinggal. Rata-rcta lahan garzpan andilO,25 ha dari Perhutani di tanam tamman pangan dengan sistem tumpangsari Pendapatan yang diperoleh dari lahan andd pesanggem Desa Larangan rata-rata sebesar Rp. 3.064.733,00/ tahui dan rata-rata pesanggem Desa Maitan sebesar Rp. 3.12C.402,00/ tahun. Pendaptan dari lahan andil dapat membmtu meningkatkan kesejahteraan pesanggem selama mengikuti kontrak dengan Perhutani.

Forest recources which are managed by the State Enterprise Perhutani Unit I is a Foreign Exchange resource for the country, but the efforts to optimalize its products very often face the problem of forest destruction due to the forest exploitation by the villagers around the forest who never cultivate any farm to fulfill their needs. This research is to find out the correlation between the agrosilviculture activity and the income of the pesanggem participants using the spacial approach and the survey method. The location of the research was purposively taken. The datas gathered by izterviewing 205 respondents using the proportional random sampling method. This was done using field observation with frequency distribution and cross table using computer program SPSS version 7.5 before being interpretated qualitatively. The research proved that the pesanggem participants in the village of Larangan are taking the Insus Tumpang Sari Hutan (IT‘H)-Special Intensification in Forest Mix Planting while those in the village of Maitan are taking The Perhutanan Sosial (PS), the social forestry program. Most of the pesanggem who cultivate the shared area are men, and oaly a few of them (3 participants) are women; They belong to productive old; Most of them don’t have any Zahan andil (farm area) and live in poverty. The lagemess of share farm influences the agrosilviculture activity level. The agrosilviculture activity level does not influence the incom. The amount of Edmily members influences the destruction of the forest. The distance fiom the pesanggem’s houses to the forest does not influences the destruction of the forest. Forest Destruction has correlation with the poverty of the villagcrs around the forest; The average share farm area of 0.25 hectare fiom the State E~terprise Perhutani Unit I is planted with food ?!antation using mix planting system. The pesanggem of the Larangan Vil!age gets the average income of Rp 3,064,733.00 and them of the Maitan Village gets the average imome of Rp 3,120,402.00. The income they got from the program they signed with the State Enterprise Perhutani Uilit I really could increase their welfare.

Kata Kunci : Geografi Budaya/Sosial,Agrosil Vikultur,Pendapatan Penduduk