PENGARUH DOSIS PENYINARAN TERHADAP CURAH SALIVA TANPA STIMULASI PADA PASIEN ADIOTERAPI KANKER KEPALA DAN LEHER (Kajian pada Pasien Radioterapi Kanker Kepala dan Leher di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta)
NUSHITA DINAR, drg. Sri Hadiati, S.U.
2013 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER GIGIRadioterapi kanker kepala dan leher mempunyai efek samping terhadap kelenjar saliva. Kelenjar saliva yang terpapar terus-menerus menyebabkan akumulasi dosis perifer radiasi pada kelenjar saliva. Sel asinar kelenjar saliva mengalami atrofi dan degenerasi, sehingga menyebabkan disfungsi kelenjar saliva, dan mengakibatkan penurunan curah saliva. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dosis penyinaran terhadap curah saliva tanpa stimulasi pada pasien radioterapi kanker kepala dan leher di bagian Radioterapi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian cross sectional, subyek penelitian berjumlah 30 pasien, pemilihan sampel dengan metode consecutive sampling. Pengukuran curah saliva dengan metode spitting. Saliva yang terkumpul kemudian ditimbang dengan timbangan analitik digital. Dosis penyinaran dalam satuan Gray yang diperoleh dari rekam medis. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji statistik korelasi Pearson dan regresi linier sederhana dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan hubungan negatif tingkat sedang (r= -0,423) yang signifikan (p<0,05) antara dosis penyinaran dengan penurunan curah saliva tanpa stimulasi pada uji korelasi dan regresi. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa semakin tinggi dosis penyinaran, semakin rendah curah saliva tanpa stimulasi pasien radioterapi kanker kepala dan leher.
Head and neck cancer radiotherapy may cause side effects on salivary glands. Accumulation of peripheral dose may cause atrophy and degeneration of acinar cells, therefore result in an impairment of secretion of salivary glands and may lead to decrease salivary flow rate. The purpose of this study is to know the effect of radiation doses to unstimulated salivary flow rate in head and neck cancer patients in Radiotherapy department of RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. This study used cross sectional method. Thirty subjects were selected by consecutive sampling method. The measurement of unstimulated salivary flow rate used spitting method. Saliva was collected and weighed with digital analytic scale. The radiation dose (Gray unit) obtained from medical records. The result of this study analyzed using Pearson’s correlation and simple linear regression statistic test with 95% confidence interval. The result of this study showed a significant (p<0,05) medium negative correlation (r= -0,423) between the radiation dose with the decrease of unstimulated salivary flow rate in correlation and regression test. It can be concluded that the higher dose of radiation therapy, unstimulated salivary flow rate of patient with head and neck cancer decreased.
Kata Kunci : dosis radioterapi, kanker kepala dan leher, curah saliva tanpa stimulasi, RSUP Dr. Sardjito