Pengaruh senam aerobik low impact and high impact terhadap massa dan kekuatan otot :: Kajian antropometris terhadap mahasiswi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
HANDAYANI, Selfi, Dr.dr. Djoko Prakosa
2001 | Tesis | S2 Kedokteran Dasar
Berdasarkan derajad benturannya, senam aerobik dibagi menj adi senam aerobik low impact (SALL) dan senam aerobik high impacl (SAHI). Pada SALI salah satu kaki selalu bertumpu di lantai, sedangkan pada SAHI banyak dilakukan gerakan melompat dan meloncat. Dengan demikian, kedua jenis senam menggunakan kekuatan yang berbeda untuk geraknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengaruh masing-masing jenis senam aerobik terhadap massa dan kekuatan otot serta untuk mengungkap ada atau tidaknya perbedaan besar kedua pengaruh tersebut di antara kedua jenis senam aerobik. Subjek penelitian adalah mahasiswi semester I tahun ajaran 1999/2000 Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta berumur antara 18 - 2 1 tahun, yang dibagi tiga kelompok masing-masing 20 mahasiswi. Kelompok pertama mengikuti SALI, kelompok ke dua mengikuti SAHI dan kelompok kontrol tidak melakukan latihan aerobik selama penelitian. Target zone senam aerobik low impact adalah 60 - 69% denyut jantung maksimal (MHR), sedangkan untuk high impact 70- 79% MHR. Senam aerobik dilakukan selama 40 - 50 menit, terdiri dari 10 menit pemanasan, 20 - 30 menit latihan inti dan 10 menit pendinginan. Latihan dilakukan selama 8 minggu dengan fiekuensi 3 kali per minggu. Massa otot diukur secara tidak langsung berdasar rumus Matiegka (1921). Kekuatan otot, meliputi otot genggam tangan kiri dan kanan, otot bahu, otot tungkai dan otot punggung diukur dengan dynamometer. Data diambil tiap dua minggu dimulai dari awal (minggu ke-0) latihan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah 8 minggu latihan tejadi peningkatan massa otot yang bermakna (p<0,05) pada senam aerobik low impact dan sangat bermakna (p
Rased on the impact, aerobic dance is divided into low impuct and high impact aerobic dunces. Low impact aerobic dance is an exercise in which onejhot remains in contact with the jloor all times, whereas high impacf aerobic dunce is mother type where the lwo feet do not always contact with the floor. Tlzus, its use the d$ferent strength to action the body. The aim of this study is to understund the eflkcfs of low impact and high impact aerobic dances on muscle mass and muscle strength and to compare the effect of the dances on muscle mass and muscle strength.
Sixty female university students of Sport Faculty of Yogyakarta State University, aged 18-21 years were participated in this research. They are divided into 3 groups, namely: control group, low impact group and high impact group. The groups of low impact-moderate intensity and high impact-high intensity exercised aerobic dancing for 40-50 minutes, three times per week for 8 weeks. Each of the exercises consisted of 10 minutes of warming up, 30 minutes of core training und 10 minutes of cooling down. In contrast, the control group did not perform anything. Muscle mass is measured anthropometrical by considering the height, circumference and skin fold of biceps flexed, forearm maximum, mid thigh and calf maximum. Mantiegka formula (1921) is then employed. The strength measurement using diflerent dynamometer was carried out to know and to evaluate left hand grip strength, right hand grp strength, shoulder strength, leg strength and back strength. Data was collected every 2 weeks, from the week before training to the t?†week.
After the training period there was a signrJicant increase in muscle mass at low impact group (P<0,05) and at high impact group (P
Kata Kunci : Senam Aerobik,Kekuatan Otot, aerobic dance, muscle mass, anthropometry and muscle strength.
