KARAKTERISTIK WISATAWAN JEPANG DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA PERIODE LOW SEASON 2012
I GEDE ARYA PARDITA, Drs. Mulyadi, M.A
2013 | Skripsi | SASTRA JEPANGDaerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mengandalkan ekonominya dari sektor pariwisata. Dalam industri pariwisata DIY, Jepang merupakan salah satu kontributor wisatawan asing utama bagi DIY dan kerap menduduki peringkat 3 besar dari sisi jumlah. Jepang adalah bangsa yang kompleks dengan berbagai kontradiksi dan kerap sulit untuk menerima kondisi serta kebudayaan negara lain. Oleh karena itu, penting untuk terlebih dahulu memahami bagaimana karakteristik yang mereka miliki agar dapat memenuhi kebutuhan mereka dalam berwisata. Penelitian ini menyajikan data mengenai karakteristik wisatawan Jepang serta apa yang menjadi preferensi atau kesukaan mereka selama kunjungannya di DIY. Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif yang melibatkan 50 responden wisatawan Jepang pada periode low season bulan Februari-Maret 2012. Low season merupakan saat dimana jumlah kunjungan wisatawan mencapai titik yang rendah sehingga pemasukan daerah setempat juga berkurang. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan pada angket serta menuliskan opini mereka mengenai DIY, Penulis menemukan bahwa tingkat penolakan wisatawan Jepang terhadap sesuatu yang asing (uncertainity avoidance) dalam hal pemilihan tempat tinggal tidak begitu tinggi. Dengan kata lain, orang Jepang mulai dapat menerima sesuatu yang berbeda dari kebiasaan. Beberapa wisatawan Jepang mulai berani unuk bermalam di rumah warga lokal. Namun dalam hal lain, seperti misalnya pilihan moda transportasi, wisatawan Jepang lebih memilih jalan aman daripada mencoba sesuatu yang baru atau tidak biasa. Unsur-unsur budaya tradisional, seperti misalnya kebutuhan akan relaksasi, sebagaimana yang mereka lakukan ketika berada di pemandian air panas (onsen) masih tetap melekat pada diri wisatawan Jepang. Banyak wisatawan Jepang yang berkunjung ke DIY mengharapkan dapat menikmati spa dan relaksasi.
Daerah Istimewa Yogyakarta (Special Region of Yogyakarta, also known as DIY) is one of the provinces in Indonesia whose economy immensely relies on tourism, while Japan is one of the largest tourists contributors to DIY and often occupies the top-three rank. Japan as a nation is a complex society full of contradictions and Japanese often finds it hard to accept the conditions and cultures of other nations that are different from theirs. Therefore, it is necessary to first comprehend their traits in order to fulfill and satisfy their needs. This report provides you data regarding Japanese tourists’ traits and reveal what become their preferences or favorites (sites, activities, vehicles, etc) during their sojourn in DIY. The writer conducted a quantitative research in the low season period of February-March 2012 involving 50 Japanese tourists as respondents. Low season refers to the times when the number of tourist visit drops to the low levels, causing the diminution revenue to local businesses. Respondents were asked to answer the questions on the questionnaire and express their opinions regarding the DIY tourism. Through the research, it is found that uncertainty avoidance among Japanese tourists when choosing place to sojourn is not very high. In other words, Japanese begin to be able to accept things that are different from their prevalence. Some Japanese tourists chose to sojourn at locals’ homes. Nevertheless, in other condition, such us when choosing vehicle for transport, Japanese tourists tend to be selective and chose the ones they are familiar with rather than trying something new or unfamiliar. Traditional cultural dimension, such as need to savor relaxation, as what they do at the hot spring (onsen) still remains. Many of Japanese tourists visiting DIY expect to be able to enjoy spa and relaxation.
Kata Kunci : wisatawan Jepang, karakteristik, DIY, pariwisata, low season