Laporkan Masalah

INVENTARISASI PENGGUNAAN LAHAN PADA KAWASAN BEKAS BENTENG KRATON YOGYAKARTA

GITA DELLA MARAHATI, Ir. Untung Rahardjo, M.T.

2013 | Skripsi | TEKNIK GEODESI

Benteng Kraton Yogyakarta merupakan salah satu cagar budaya yang masih tersisa dengan kondisi tidak utuh. Fungsi benteng sebagai pertahanan tidak berlaku lagi dengan perubahan lahan di sepanjang bekas Benteng Kraton. Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki wacana untuk melakukan revitalisasi dalam mempertahankan cagar budaya yang memiliki nilai sejarah. Bentuk pelestarian yang dilakukan dengan membersihkan bangunan yang berada di luar maupun di dalam kawasan bekas Benteng Kraton serta diharapkannya rekonstruksi kembali bagian benteng yang sudah hilang. Tahap awal untuk membantu proses revitalisasi dengan melakukan identifikasi dan inventarisasi sehingga diperoleh informasi penggunaan lahan yang berada di sepanjang kawasan bekas Benteng Kraton. Penggunaan data ortofoto sebagai aplikasi dari Penginderaan Jauh untuk mempermudah pembuatan peta inventarisasi penggunaan lahan pada kawasan bekas Benteng Kraton Yogyakarta sehingga dapat menjadi acuan dalam proses revitalisasi Benteng Kraton. Pembuatan peta menggunakan ortofoto (2012) diawali pemotongan citra dan pembatasan wilayah yang akan diteliti menggunakan Peta Administrasi dan Peta Dasar Kota Yogyakarta yang telah tergeoreferensi. Selanjutnya dilakukan proses interpretasi citra visual dengan bantuan skema klasifikasi dan unsur-unsur interpretasi citra. Uji ketelitian hasil interpretasi visual dilakukan untuk mengetahui kebenaran jenis penggunaan lahan yang diperoleh dari proses interpretasi visual sehingga dapat dilanjutkan proses editing dan topologi. Proses rekonstruksi dengan mendeliniasi batas bekas Benteng Kraton menggunakan data ukuran citra dan lapangan. Penentuan lokasi jagang atau parit dilakukan buffer dari hasil rekonstruksi benteng sebesar 4 meter sesuai sejarah benteng. Hasil rekonstruksi benteng dan buffer kemudian ditumpangsusunkan dengan hasil interpretasi penggunaan lahan yang telah teruji kebenarannya. Hasil proyek berupa informasi persentase area bekas Benteng Kraton utuh sebesar 23,64% dan area benteng tidak utuh sebesar 76,36%. Selain itu diketahui jumlah bangunan yang menempati kawasan bekas Benteng Kraton dari citra sejumlah 907 bangunan dan cek lapangan sejumlah 902 bangunan. Proses analisis spasial dengan overlay menghasilkan informasi penggunaan lahan berupa permukiman (49,99%), perdagangan (28,77%), jasa (2,81%), rekreasi (1,47%), keagamaan (1,06%), transportasi dan komunikasi (15,62%), serta lahan kosong (0,29%). Hasil analisis spasial yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa jenis penggunaan lahan yang akan terkena kegiatan revitalisasi yaitu permukiman, perdagangan, jasa, keagamaan dan lahan kosong.

Fort of Yogyakarta Kingdom is one of the remaining cultural heritage in incomplete condition. The fort function as a wall defence is no longer available because the land use changes of the area surrounding the fort. Yogyakarta State Government is considering to revitalize any cultural heritages that have historical value. Preservation form to be done is by clearing the building on the outside and inside area and expecting reconstruction on missing fort parts. Early stage to assist the revitalization process are identifying and inventorying information of land use located along the fort former area. Orthophoto data usage, as an application of remote sensing, is to facilitate the development of inventory map of land use as a reference in revitalization process. The first step in inventory map construction is image cutting and area cutting by using Administration and Basic Map of Yogyakarta Area. It is then followed by visual image interpretation based on a classification scheme and element of image interpretation. To assure the accuracy of visual interpretation, an accuracy test was implemented. The next step is editing and topology construction. Reconstruction process was done by delineating the former border of the Kraton fort based on the data measured on the image and on the field. To determine the ditch location, buffering technique was done 4 meters in width along the fort according to the fort history. Then fort reconstruction and buffer results were overlayed with trusted land use interpretation result. The result shows that 23,64% of the fort is complete while the rest is incomplete. The total number of building surrounding Kraton fort are 907 and 902 buildings based on image interpretation and field check respectively. By using overlay technique, the identified land use are settlement (49,99%), trade (28,77%), service (2,81%), recreation (1,47%), religious (1,06%), transport and communication (15,62%), and vacant land (0,29%). From the spatial analysis having been conducted, it can be concluded that the type of land use to be affected by revitalization are settlement, trade, service, religious and vacant land.

Kata Kunci : cagar budaya, benteng, data ortofoto, mendeliniasi, buffer


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.