Laporkan Masalah

EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN DI PUSKESMAS BANYUPUTIH DAN PUSKESMAS KENDIT KABUPATEN SITUBONDO JAWA TIMUR

Nurhidayati, S. SiT, Prof. dr. Suwanto AW, S.U.,M.Sc., Sc.D.

2013 | Tesis | S2 Kesehatan Masyarakat/KIA

Latar Belakang. Masalah kesehatan Ibu dan Anak merupakan masalah yang perlu mendapatkan prioritas utama karena sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia. Secara nasional pemerintah mentargetkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan hingga tahun 2010 sebesar 90%. Berdasarkan Laporan Cakupan Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan Tahun 2007 menunjukkan bahwa angka cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Situbondo yaitu sebesar 80%, namun khususnya di Puskesmas Banyuputih angka cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan paling rendah yaitu sebesar 57.5%. Pencapaian tertinggi oleh Puskesmas Kendit yaitu sebesar 92,4% sehingga bisa dilakukan evaluasi terhadap faktor –faktor yang mempengaruhi dengan membandingkan tiga aspek input, proses, output. Tujuan. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan program kemitraan bidan dan dukun di Puskesmas Banyuputih dibandingkan dengan Puskesmas Kendit Kabupaten Situbondo. Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan tekhnik Fokus Group Discusion dan indepth intervieuw dengan menggunakan pedoman wawancara untuk mengevaluasi program kemitraan bidan dan dukun di Puskesmas Banyuputih dan Puskesmas Kendit Kabupaten Situbondo. Evaluasi dilakukan terhadap tiga aspek yaitu input, proses dan output. Subyek penelitian ini adalah dari unsur bidan sebagai pelaksana program, Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas, dukun, kader dan masyarakat . Hasil Penelitian. Pelaksanaan Program Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Banyuputih kurang berhasil sedangkan di Puskesmas Kendit berhasil. Kesimpulan. Beberapa faktor penyebab kurang berhasilnya Program Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Banyuputih antara lain : rasio jumlah bidan dan dukun di Puskesmas Banyuputih 1 :10 hal ini mempengaruhi rentang kendali pembinaan bidan terhadap dukun, kurangnya upaya kreatif Puskesmas Banyuputih dalam mendapatkan tambahan dana bergulir dukun, kurangnya upaya Puskesmas Banyuputih dalam penyediaan sarana untuk program pembinaan dukun, belum adanya kesepakatan kerja sama secara tertulis yang disepakati bersama antara bidan dan dukun yang diketahui Kepala Puskesmas dan Kepala Desa setempat.

Background: Maternal and child health problems are a problem that needs to be given priority because it determines the quality of human resources. Nationally, the government expected that delivery coverage by health professionals in 2010 was by 90%. Based on maternity reports in 2008, the coverage of deliveries assisted by skilled health professionals in Situbondo District was 80%; however, especially in Banyuputih Sub-District / Health Center the coverage was still very low at 57.5% while the highest was at 92.4% in Kendit Sub-District so that the influencing factors should be evaluated by comparing the three aspects of input, process, and output. Objective: To evaluate the implementation of the partnership program between midwives and TBAs in Banyuputih health center in comparison to Kendit Situbondo health center. Method: This was an evaluation study with a a qualitative approach using Focus Group Discussion (FGD) and In-depth Interview to evaluate the partnership program between midwives and TBAs in Banyuputih and Kendit health centers of Situbondo. The evaluation was performed on three aspects, namely input, process and output. The subjects of this study were midwives as program manager, Health Office, Chief Health Center, TBAs, cadres and community. Result: The implementation of the partnership program between midwives and TBAs at Banyuputih health center was less successful, while at Kendit health center it was successful. Conclusion: Some of the factors causing less successful partnership program between midwives and TBAs at Banyuputih health center were that the ratio of the number of midwives and TBAs in Banyuputih health center was 1: 10 and it affected the range of control for midwives’ coaching to TBAs; there was a lack of creative efforts in getting additional funding for TBAs; there was a lack of efforts in the provision of facilities for TBA development program; and there was no a written agreement mutually agreed between midwives and TBAs known by the head of the health center and the head of the village.

Kata Kunci : Linakes, Lindukun dan Kemitraan, Linakes, Lindukun and Partnerships


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.