Laporkan Masalah

PENGARUH PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR BERBASIS SKRINING GIZI TERHADAP OUTCOME PASIEN DI RUMAH SAKIT

Susetyowati, DCN., M.Kes, Prof. dr. Hamam Hadi., MS.Sc.D.

2013 | Disertasi | S3 Kedokteran Umum

Latar belakang: Penilaian status gizi yang komprehensif perlu dilakukan pada semua pasien rawat inap. Keakuratan penilaian status gizi diperlukan utuk memberikan dukungan nutrisi yang optimal agar dapat mencegah kekurangan gizi iatrogenic dan mempercepat proses penyembuhan. Skrining gizi yang tidak hanya dapat dilakukan oleh ahli gizi merupakan bagian yang penting dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Integrasi antara penerapan skrining gizi dan PAGT masih belum jelas, yaitu belum adanya pedoman intervensi gizi untuk pasien yang berisiko malnutrisi. Tujuan: Mengembangkan alat skrining gizi yang sederhana, cepat dan valid untuk mengidentifikasi pasien dewasa yang berisiko malnutrisi saat masuk rumah sakit dan Mengetahui pengaruh PAGT pada pasien yang berisiko malnutrisi terhadap perbaikan asupan gizi, status gizi (Lingkar Lengan Atas/LLA, kadar albumin), lama rawat pasien, dan status pulang pasien Metode: Penelitian observasional digunakan untuk mengembangkan Skrining Gizi Baru (SGB) pada penelitian tahap pertama dan penelitian tahap kedua menggunakan rancangan factorial 2X2. Jumlah sampel sebanyak 495 pasien dewsa yang dirawat di Rumah Sakit Umum Sardjito, tidak termasuk pasien hamil dan pasien dengan gangguan kejiwaan. Metode SGB diuji validitasnya untuk mengetahui tingkat sensitifitas dan spesifisitasnya dibandingkan dengan Subjective Global Assessment (SGA). Sebanyak 480 pasien dibagi dalam 4 kelompok perlakuan, yaitu: kelompok yang diskrining dengan NRS, perlakuan dengan PAGT (A1B1); diskrining dengan NRS, perlakuan dengan PAGT baru (A1B2); diskrining dengan SGB, perlakuan dengan PAGT (A2B1); diskrining dengan SGB, perlakuan dengan PAGT baru (A2B2). Hasil: Hasil pengembangan alat skrining gizi diperoleh 6 pertanyaan dengan cutoff 0 sampai 2 untuk kategori tidak berisiko malnutrisi dan lebih dari 2 untuk kategori berisiko malnutrisi dengan nilai sensitivitas 91,28 dan nilai spesifisitas 79,78 dibandingkan dengan SGA. Subyek yang berisiko malnutrisi berdasarkan SGB memiliki parameter status gizi yang lebih rendah dan memiliki lama rawat yang lebih panjang daripada subyek yang tidak berisiko malnutrisi. Interaksi antara SGB dan PAGT menghasilkan rata-rata intake energi, protein LLA yang lebih baik daripada kelompok lain. Effect size intake energy, protein dan perubahan LLA adalah 129 kkal, 4.6 g dan 0,35 cm Kesimpulan: Skrining Gizi Baru adalah alat skrining yang sederhana, cepat, dan valid sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko malnutrisi. Interaksi antara SGB dan PAGT memiliki rata-rata intake energi, protein dan LLA yang lebih baik.

Background: A comprehensive nutrition assessment needs to be done for all hospitalized patients. The accuracy of nutritional assessment is necessary to ensure the provision of optimal nutrition support for the patient to prevent iatrogenic malnutrition and speed up the healing process. Nutritional screening which not only can be assessed by dietitian is an important part of Standardized Nutrition Care Process (SNCP). However, integration between the application and SNCP remains unclear, namely due to the absence of guidelines for nutrition intervention for patients at risk of malnutrition. Objective: To develop a simple, quick and valid nutrition screening tool (NST) that can be used to identify adult patients at risk of malnutrition, and to determine the effect of nutritional care process to improved nutritional intake, nutritional status (MUAC, albumin levels), length of stay, and discharge status of patients. Methods: An observational study was developed for assessing the new NST in the first study and the second phase of the study using a 2x2 factorial design. The subjects were 495 adult patients admitted to Sardjito General Hospital Yogyakarta, excluding maternity, and psychiatric patients. The validity of the new nutritional screening tool will be tested by measuring the sensitivity and specificity value compared to Subjective Global Assessment. A total of 480 people were divided into 4 treatment groups which are: screened with Nutritional Risk Screening (NRS) and get hospital-based SNCP (A1B1); screened with NRS and new SNCP (A1B2); screened with a new NST and get hospital-based SNCP (A2B1); screened with the new NST and get new SNCP (A2B2). Result: The new developed NST consist of 6 questions with a cut-off of 0-2 classified as not at risk of malnutrition and > 2 classified as at risk of malnutrition. The sensitivity and specificity value of the new screening tool compared with SGA were 91.3 and 79.8 respectively. Subjects who were at risk of malnutrition according to the new NST had significantly lower mean values for the objective nutrition parameters and longer length of stays than subjects who were not at risk of malnutrition. Interaction between a new NST and the new SNCP have better average intake of energy, protein and MUAC compared with other groups. The effect size of energy intake, protein intake and MUAC change was 129 kcal, 4.6 g and 0.35 cm respectively. Conclusion: The New NST is a valid and reliable tool which can be used to identify patients at risk of malnutrition. Interaction between a new NST and SNCP have better average intake of energy, protein and MUAC.

Kata Kunci : malnutrisi rumah sakit, skrining gizi, asesmen gizi, subjective global assessment


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.