MODEL PENGKAJIAN RISIKO BENCANA KOLABORATIF KASUS: PENGKAJIAN RISIKO MULTI-ANCAMAN KOTA YOGYAKARTA
Muhammad Rezki Hr, Prof. Ir. Bakti Setiawan, MA, Ph.D.
2013 | Tesis | S2 Magist.Prnc.Kota & DaerahDengan diterbitkannya Peraturan Kepala (Perka) BNPB No. 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, seluruh kabupaten/kota yang ada di Indonesia diwajibkan untuk menyelenggarakan pengkajian risiko bencana. Dalam perspektif pendekatan yang digunakan, selama ini model penyelenggaraan pengkajian risiko bencana memiliki dua pilihan pendekatan, yaitu pendekatan teknokratik dan demokratik (community-based). Dalam dunia perencanaan, belakangan muncul pendekatan kolaboratif yang dalam beberapa aspek berupaya menengahi antara pendekatan teknokratik dan demokratik. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan pendekatan kolaboratif ke dalam model pengkajian risiko bencana dalam rangka memberikan sumbangan pemikiran tentang model pengkajian risiko yang tepat dan akurat. Bentuk penerapan yang akan dirumuskan mencakup tahapan, substansi, metode, dan aktor terlibat di dalam proses pengkajian risiko bencana. Model yang dirumuskan merupakan model konsepsual-simbolik, yaitu sebuah model yang merepresentasikan dunia nyata lewat konsep dan digambarkan dalam bentuk simbol-simbol. Model yang dirumuskan tersebut merupakan model yang bertitik tolak dari Model Eksisting pengkajian risiko bencana yang telah ditetapkan oleh BNPB di dalam Perka BNPB No. 2 Tahun 2012. Model Eksisting kemudian dimodifikasi untuk dijadikan Model Usulan menggunakan asumsi pemodelan yang didapat melalui proses kajian teoritik dan best practice pendekatan kolaboratif. Model Usulan tersebutlah yang kemudian diuji dua kali melalui metode Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan para pakar terkait pengkajian risiko bencana. Dengan metode penelitian yang demikian, didapati bahwa bentuk tahapan model pengkajian risiko bencana yang menggunakan pendekatan kolaboratif terwujud ke dalam 17 tahapan yang terdiri dari 11 tahapan yang telah terumuskan pada Model Eksisting dan 6 tahapan tambahan. Secara substansi, penggunaan pendekatan kolaboratif mengharuskan terwujudnya perpaduan antara pengetahuan sains dan pengetahuan lokal dan juga perpaduan antara subjektifitas dan objektifitas. Secara metode, bentuk penerapan pendekatan kolaboratif melahirkan tiga jenis metode yang tersebar di seluruh tahapan, yaitu metode saintifik, metode community based, dan motede kolaboratif. Sedangkan secara aktor, pendekatan kolaboratif mengharuskan adanya kolaborasi antara pakar, masyarakat, dan pihak terkait (yang terwakili oleh Forum Pengurangan Risiko Bencana) di dalam proses pengkajian risiko bencana.
Regarding to publication of BNPB Head Regulation No.2 Year 2012 about General Guideline on Disaster Risk Assessment, all districts/cities in Indonesia are obligated to conduct a disaster risk assessment. In the perspective of the approach used, disaster risk assessment model so far has two options: technocratic and democratic (community-based) approaches. In recent planning realm, there is an emergence of used collaborative approach which, in several aspects, seeks to mediate between technocratic and democratic approaches. This research aims to apply collaborative approach to disaster risk assessment model in order to contribute thoughts about precise and accurate disaster risk assessment model. The application that will be formulated include stages, substance, method, and actors involved in disaster risk assessment process. The model that will be formulated is a conceptual-symbolic model, namely a model that represent of the real world through a concept and described in the form of symbols. Such model will be based on existing model which has been established in BNPB Head Regulation No.2 Year 2012. The existing model is then modified into a proposed model using modeling assumptions that are acquired through the process of theoretical and best practice review about collaborative approach. Proposed models are then tested twice through Focus Group Discussion (FGD), which involves disaster risk assessment related experts. Based on such research methods, it was found that the stages for a collaborative disaster risk assessment model are realized into 17 stages, consisting of 11 stages that have been established on existing model and 6 additional stages. Substantially, the use of a collaborative approach requires the realization of the collaboration between scientific knowledge and local knowledge as well as collaboration between subjectivity and objectivity. In the method, the application of collaborative approach produces three types of methods that are spread throughout the entire stages, namely the scientific method, community based method, and collaborative method. While in the actor, collaborative approach requires the collaboration between experts, community, and stakeholders (who are represented by the Disaster Risk Reduction Forum) in disaster risk assessment process.
Kata Kunci : model, pengkajian risiko bencana, dan pendekatan kolaboratif