Laporkan Masalah

KONSEP DIRI DAN MAKNA BAHAGIA DIFABEL KAKI MENURUT PANDANGAN KI AGENG SURYOMENTARAM

Ryan Sugiarto, Prof. Dr. Koentjoro, MBs.C. Ph.D.

2013 | Tesis | S2 Psikologi

Pendekatan suryomentaram memiliki kaitan yang erat dengan konsep diri untuk menilik kajian psikologis manusia Jawa. Suryomentaran mengajarkan bahwa manusia digerakkan oleh rasa. Gerak manusia merupakan sebuah usaha untuk menuju kearah yang lebih tinggi: manusia tanpa ciri. Penelitian ini, menganalisa konsep diri difabel di Jawa yang menunjukkan bahwa diri difabel mampu menjadi diri yang mempunyai “rasa sama” dan menjadi manusia yang bebas. Penelitian ini bermaksud mengkaji secara fenomenologis konsep diri dan makna bahagia difabel dengan perangkat analisa kawruh jiwa dan ilmu bahagia suryomentaram. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk; Pertama, menganalisa konsep diri difabel kaki karena kecelakaan menurut Ki Ageng Suryomentaram. Kedua, mendapatkan pemahaman tentang makna bahagia difable kaki karena kecelakaan menurut pandangan Ki Ageng Suryomentaram. Subjek diambil dengan purposive yang memiliki rentang kecacatan lebih dari lima tahun, berasal dari Suku Jawa, difabel kaki, dan belum pernah masuk pusat rehabilitasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Pertama, menurut pandangan KAS subjek adalah individu yang mampu mencapai tingkat tabah (tatag). Subjek mampu mencapai ukuran keempat sebagai manusia tanpa ciri. Hal ini ditunjukkan, subjek mampu keluar dari catatan-catatannya ketika berinteraksi dengan masyarakat. Subjek lepas dari jebakan penderitaan yang dialaminya akibat kecacatan. Kedua, dengan menggunakan ilmu bahagia dari KAS, makna kebahagiaan bergerak antara dua kondisi yang tidak bisa dilepaskan satu dengan lainnya yaitu, kondisi kebahagiaan pertama dan kondisi kebahagiaan kedua. Kondisi kebahagiaan pertama adalah, kebahagiaan diri yang nampak, seperti, optimis, rasa senang, kesuksesan tertawa, dan hidup cukup. Kondisi kebahagiaan kedua, adalah kondisi kebahagian untuk sesama yang meliputi: srawung, berbagi, tentrem, dan dadi wong. Makna bahagia bagi difabel tidak bisa dilepaskan dari penderitaan (susah) yang dialaminya. Penderitaan tidak pernah abadi.

Suryometaram’s point of view has strong relationships with self concept, as psychological approach toward Javanese people. Suryomentaran states that rasa (human feeling) is the basic drive for human being, people acts as the embodiment of rasa. Manusia tanpa ciri (a man without attribute) mentioned as the culmination of human achievement. This study aims to investigate self concept of javanese people with foot disability, and describe their ability to reach out and become manusia tanpa ciri (a man without attribute). This study also investigate the meaning of happiness toward javanese people with foot disability, with a set of Suryomentaram’s analysis of kawruh jiwa and the knowledge of happiness. Furthermore, the investigation focuses on two main purposes: (1) understanding self-concept of javanese people with foot disability caused by accident, (2) understanding the meaning of happiness of javanese people with foot disability caused by accident from Ki Ageng Suryomentaram’s (KAS) point of view. This study uses phenomenological approach. Participant were interviewed has characteristics such as: (a) suffering from foot disability caused by accident more than five years, (b) a Javanese, (c) not being treated in rehabilitation yet. The result showed that javanese people with foot disability is able to achieve tatag (spartan’s) level and remain at forth level as “a man without atribute”. Subject able to step out from the individual attributes when interacting within societies, release from suffering caused by the disability and other attributes. Furthermore, result showed that happiness essentially moves under two conditions in which the first happiness cannot be treated separately from the second one. The first condition of happiness constitutes optimism, pleasure, success, laughter, and wealth, and the second condition of happiness includes happiness for the others such as: social interaction (srawung), mutual sharing, harmony (tentrem), and being a kind man. The meaning of happiness cannot be treated as a separate experience of misery.

Kata Kunci : Difabel kaki, Suryomentaram, Konsep diri, Bahagia


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.