Laporkan Masalah

ANALISIS RESTRUKTURISASI STRATEGI RESOURCE BASED VIEW DENGAN MENERAPKAN STRATEGI DESTRUCTION PADA PT HM SAMPOERNA PASCA AKUISISI

Danang Kukuh Wibowo, Dr. Widigdo Sukarman, M.B.A., M.P.A.

2013 | Tesis | S2 Magister Manajemen

Penjualan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (Sampoerna) kepada Philip Morris merupakan suatu strategi dari pemilik lama yaitu keluarga Samporna untuk merestrukturisasi perusahaan. Penjualan ini merupakan suatu destruction terbesar yang dilakukan oleh Sampoerna dan merupakan awal bagi penerapan strategi destruction lainnya. Sampoerna melakukan destruction terhadap sumber daya yang dimiliki agar dapat beroperasi secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan restrukturisasi yang dilakukan oleh Sampoerna terhadap strategi resource based view (RBV) dengan menggunakan pendekatan strategi destruction pasca akuisisi. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang terkait dengan perusahaan maupun terkait dengan industri tembakau. Data yang digunakan antara lain adalah laporan keuangan dan tahunan Sampoerna, data Badan Pusat Statistik (BPS) dan lain sebagainya. Selain itu dilakukan juga observasi terhadap aktivitas perusahaan. Informasi juga diperoleh melalui diskusi informal dengan pihakpihak terkait. Analisis dimulai dengan melihat proses akuisisi yang dilakukan terhadap Sampoerna. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki perusahaan dan melihat implementasi strategi destruction pada sumber daya tersebut. Hasil dari proses destruction ini adalah terciptanya sumber daya strategis baru yang akan digunakan dalam merestrukturisasi strategi RBV. Langkah terakhir adalah menganalisis hubungan antara strategi RBV yang diterapkan, strategi destruction yang dilakukan dan goals perusahaan yang sudah ditetapkan. Sampoerna mengubah struktur perusahaan dari konglomerasi menjadi fokus pada bisnis pengolahan tembakau. Perubahan ini menciptakan vertical integration yang mendukung integrasi antara produksi, pemasaran, penjualan, dan distribusi rokok. Sampoerna menerapkan suatu sistem tata kelola perusahaan yang mengurangi ketergantungan terhadap individu. Sampoerna keluar dari zona nyamannya sebagai produsen rokok premium dengan memasuki segmen rokok murah. Selain itu Sampoerna juga memproduksi berbagai produk baru dengan memanfaatkan teknologi yang dimilikinya. Sampoerna membuka pabrik baru dan menjalin kerjasama dengan Mitra Pelinting Sigaret (MPS) untuk meningkatkan kapasitas produksi. Sampoerna juga memperluas fokus jejaring distribusinya dari pasar tradisional menjadi pasar modern. Restrukturisasi sumber daya berhasil membawa Sampoerna menjadi pemimpin di industri rokok dan tembakau dengan pangsa pasar sebesar 29.8% di tahun 2010. Jika dibandingkan dengan kinerja Sampoerna di tahun 2005, pada tahun 2010 penjualan Sampoerna meningkat sebesar 76% dan laba bersih per saham meningkat sebesar 169%.

Sale of PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (Sampoerna) to Philip Morris was a strategy of former owner that is the Samporna family to restructure the company. This sale is the biggest destruction by Sampoerna and the start for implemetation of other destruction strategies. Sampoerna commited destruction against its resources in order to operate effectively and efficiently in achieving corporate goals. This paper aims to analyze the success of the restructuring undertaken by Sampoerna towards resource based view (RBV) strategy using the approach of post-acquisition destruction strategy This study used primary and secondary data which is related to the company or associated with the tobacco industry. The data used include the financial and annual statements of Sampoerna, the Central Bureau of Statistics (BPS), and others. In addition it also made observations on the activities of the company. Information was also obtained through informal discussions with the relevant parties. The analysis begins by looking at the acquisitions made by the company. The next step is to identify the resources of the company and look at the implementation of destruction strategy on those resources. The result of this destruction process is the creation of a strategic resource that will be used in restructuring RBV strategy. The last step is to analyze the relationship between the RBV strategies adopted, destruction strategies made and corporate goals that have been defined. Sampoerna changed the corporate structure from conglomerate to focus on the business of tobacco processing. This change created a vertical integration that supports the integration between production, marketing, sale, and distribution of cigarettes. Sampoerna implemented a corporate governance system that reduces dependence on individuals. Sampoerna came out of their comfort zone as a manufacturer of premium cigarettes by entering the cheap cigarettes segment. Furthermore Sampoerna also produces new products by utilizing proprietary technologies. Sampoerna opened a new factory and formed a partnership with Mitra Pelinting Sigaret (MPS) to increase production capacity. Sampoerna also expanded the focus of their distribution network from traditional markets to modern markets Successful restructuring of the resources brought Sampoerna to be a leader in cigarettes and tobacco industry with a market share of 29.8% in 2010. If compared with the performance of Sampoerna in 2005, in 2010 Sampoerna's sales increased by 76% and earnings per share increased by 169%.

Kata Kunci : Resource Based View, Creative Destruction, Akuisisi, Sampoerna


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.