HAKIKAT SENI DALAM PEMIKIRAN SUDJOJONO DAN RELEVANSINYA DENGAN SENI RUPA KONTEMPORER DI INDONESIA
anastasia jessica adinda susanti, Dr. Sumartono, M.A,
2013 | Tesis | S2 Ilmu FilsafatHakikat seni merupakan perdebatan yang tak kunjung habis. Sudjojono, pemikir seni dan pelukis Indonesia era 1930-an, menyatakan hakikat seni adalah ekspresi jiwa seniman yang terlihat atau disebut dengan istilah jiwa ketok. Hakikat seni dalam pemikiran Sudjojono penting untuk dikaji karena adanya perbedaan pendapat dan pertentangan-pertentangan dalam konsep seni Sudjojono, sehingga hakikat seni dalam pemikiran Sudjojono perlu terus digali agar didapatkan pemahaman yang lebih jelas dan utuh. Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa konsep-konsep seni, hakikat seni dalam pemikiran Sudjojono, pertentanganpertentangan dan relevansi pemikiran Sudjojono dengan seni rupa kontemporer Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan pemikiran Sudjojono sebagai objek material dan filsafat seni sebagai objek formal. Penelitian ini menggunakan pendekatan filsafat seni tradisional melalui teori deskriptif yang dilengkapi teori normatif dan sosiologis. Metode yang digunakan ialah metode hermeneutik dengan unsur-unsur metodis: deskripsi, interpretasi, koherensi intern, kesinambungan historis, dan heuristika. Kerangka analisis yang digunakan ialah nilai seni, bentuk dan ekspresi seni, seniman, dan konteks seni. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hakikat seni menurut Sudjojono ialah Jiwa ketok atau dengan kata lain manifestasi ekspresi jiwa. Pertentanganpertentangan ditemukan dalam pemikiran Sudjojono yang terkait dengan bentuk dan ekspresi seni yaitu pertentangan antara kredo seni sebagai jiwa ketok dengan realisme yang dianjurkan Sudjojono dan Sudjojono sendiri tidak selalu setia pada realismenya. Sudjojono sering kali menggambar dengan pendekatan ekspresionis. Pertentangan lain ialah terkait dengan nilai seni yaitu Sudjojono meyakini bahwa seni bersifat objektif tetapi sejarah menunjukkan adanya ketidaksepakatan yang berkepanjangan tentang penilaian terhadap seni. Pertentangan lain ialah dalam hal kewajiban seniman yaitu Sudjojono menyarankan kebebasan dalam seni lukis namun demikian di sisi lain Sudjojono menyarankan suatu tema yang perlu diangkat dalam lukisan yaitu agar lukisan berangkat dari realitas sekitar. Pemikiran Sudjojono walaupun memiliki beberapa pertentangan di dalamnya namun merupakan titik tolak penting bagi diskursus filsafat seni di Indonesia. Relevansi pemikiran Sudjojono dengan dunia seni rupa kontemporer Indonesia dapat dikenali dari konsep Jiwa Ketok sebagai prinsip dalam penciptaan karya; kerakyatan sebagai tema dalam seni lukis; dan peralihan dari seni masyarakat ke seni perseorangan
The essence of art is an endless debate. Sudjojono, Indonesian thinkers of art and painters in 1930s era, assert that the nature of art is an expression of the artist that can be seen or called Jiwa Ketok. The essence of art in Sudjojono’s thought important to be researched because of differences opinion and conflicts in Sudjojono’s concept of art, so that the essence of art in Sudjojono’s thought need to be explored in order to obtain a clearer and whole understanding. Aim of the research is to examine the concepts of art, essensce of art in Sudjojono thinking, contradictions and relevance of Sudjojono’s ideas with contemporary Indonesian fine arts. This research is literature research with Sudjojono’s ideas as material objects and philosophy of art as a formal object. This research uses traditional philosophy of art approach through descriptive theory that completed with normative and sociological theory. Method that used in this research is hermeneutic method with methodical elements: description, interpretation, internal coherence, historical continuity, and heuristics. Analytical framework that used is the value of art, form and expression of art, artists and art context. The results of this research point out that the essence of art according Sudjojono is Jiwa Ketok or in other words, manifestation of expression of the soul. Contradictions found in Sudjojono’s thinking that related to form and expression of art is conflict between artistic credo Jiwa Ketok with realism that recommended by Sudjojono and Sudjojono themselves are not always faithful to realism. Sudjojono often paint in expressionist approach. Another contradiction is related to the value of art is Sudjojono believe that art is objective but history shows that prolonged disagreements about the valuation of the arts happen. Another contradiction is in duty of artist that is Sudjojono suggest freedom in painting and yet on the other hand Sudjojono suggest a theme that needs to be raised in the painting is that the painting departed from the reality. Sudjojono’s thought although having some contradictions in it but it is an important as starting point for philosophy of art discourse in Indonesia. Relevance of Sudjojono’s thought with Indonesian contemporary fine arts can be recognized from the concept of Jiwa Ketok as a principle in the creation of the work; populist as a theme in painting; and art transition from public to private art.
Kata Kunci : hakikat seni, Sudjojono, Jiwa Ketok