JURNALISME DALAM PANDANGAN ONTOLOGI RUANG PUBLIK JURGEN HABERMAS
Yadi Supriadi, S.Sos., Dr. Joko Siswanto
2013 | Tesis | S2 Ilmu FilsafatPers merupakan ruang publik yang sangat besar pengaruhnya dalam membentuk opini publik di dalam sistem demokrasi. Melalui pers, aspirasi maupun kebebasan berekspresi masyarakat dapat tersalurkan dengan baik. Namun di sisi lain, perkembangan pers ini tidak luput dari kepentingan-kepentingan kapitalis untuk mecari keuntungan di dalam ruang publik. Komodifikasi dan perkembangan advertising telah merubah politik menjadi panggung tontonan, dan aspek sensasional menjadi andalan demi meraup keuntungan. Keberadaan pers sebagai ruang publik kritis mulai tersisihkan ketika kepentingan privat semakin mendominasi. Penelitian ini berupaya untuk menggali kembali fungsi pers sebagai ruang publik kritis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Ontologi ruang publik dari Jurgen Habennas digunakan untuk menemukan hakikat dari jurnalisme publik. Interpretasi dilakukan karena Habermas tidak pernah secara langsung menulis atau secara khusus membahas jurnalisme publik, ia hanya menganalisis ruang publik dan pers di dalam karyanya The Structural Transformation of Publik Sphere. Sebagai penelitian kepustakaan, pengumpulan data dilakukan dengan menentukan sumber-sumber literatur yang terkait langsung dengan objek penelitian. Data tersebut kemudian dianalisis untuk menemukan pengertian jumalisme publik yang sebenarnya. Hasil penelitian ini memberikan dasar bagi ontologi jumalisme publik yang berguna untuk pengembangan keilmuan, baik itu dalam filsafat maupun dalam ilmu komunikasi. Jurnalisme publik memperlihatkan bahwa masyarakat terbentuk karena adanya suatu tujuan yang hendak dicapai. Individu masyarakat dalam hal ini tidak dipandang sebagai sebagai anggota dari suatu kelompok, tetapi harus dipandang sebagai warga negara yang dilindungi secara hukum. Informasi yang tampil di dalam pers memperlihatkan berbagai dimensi dari kepentingan kepentingan tertentu. Jurnalisme publik sendiri tidak netral, ia padandang sebagai ruang publik yang harus berpihak kepada rasio yang mendorong terciptanya emansipasi. fungsi pers harns diletakan kembali sebagai ruang publik kritis sebagamana yang dilakukan saat kemunculannya. Pers harus dibentuk sebagai media perjuangan, media penyampaian aspirasi, ekspresi, dan opini publik, serta harus menjadi pembela pada kepentingan emansipatoris.
Press is a public sphere which gave great effects creating public opinion in a democratic country. People can transmit their fteedom of speech and expression through press medium. But, at the other side, its development couldn't avoid capitalistic interests to get economical benefit. Commodivication and advertising progress had changed politics to become a kind of show business, and sensational aspect has become a major part for gaining economic. Press existence as a critical public sphere begun eliminated when private interest dominate it. This research attempts to find press functions as a critical public sphere using qualitative and descriptive method. Jurgen Habermas' ontology of public sphere is used to find the essence of public journalism. Interpretation is needed to find the essence of public journalism for Habermas never wrote or discuss it specifically. Habermas has analyzed public sphere and press in his book The Structural Transformation of Public Sphere. As a library research, data was collected as it connected with the sources of research object. Collected data was analyzed to find the true meaning of journalism. The final result of the research will give a basic stand point for ontology of journalism that useful for science progress, both for philosophy and communication sciences. Public journalism shows that people shaped by their life's purpose. In this case, a person is not viewed as a member of a community but as a citizen protected by the law. Information appeared by press showed many dimensions and interests. Journalism itself is not neutral one, although it must playas a public sphere which took sides rationality for encouraging emancipation. Press must functions as a critical public sphere as it was. Press must be directed as struggling media, aspiration, expression and public opinions transmitter, and defender of emancipation interest.
Kata Kunci : intersubjektivitas, ruang publik, dan jurnalisme