ANALISIS KUALITAS AIRTANAH BEBAS DI KECAMATAN TANGGULANGIN SEBAGAI DAMPAK SEMBURAN LUMPUR LAPINDO SIDOARJO
REZA FAUZIAH WAHYUNI, Prof. Dr. Sudarmadji, M.Eng, Sc
2013 | Skripsi | GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGANPenelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pencemaran pada airtanah bebas akibat adanya semburan lumpur Lapindo yang terjadi tahun 2006 dengan indikator berupa BOD, COD, fenol, dan H2S. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui kondisi airtanah bebas di Kecamatan Tanggulangin ditinjau dari sifat fisik (DHL, warna, rasa, bau) dan sifat kimia pH, BOD, COD, Fenol, dan H2S dan Mengetahui kelayakan kualitas airtanah bebas pada Kecamatan Tanggulangin untuk digunakan sebagai sumber air minum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu stratified Sampling berdasarkan tingkatan nilai DHL yang diukur bersamaan pada saat pengukuran kedalaman airtanah dan metode systematic grid untuk penentuan lokasi sumur yang digunakan untuk pembuatan arah aliran airtanah. Selain itu juga dilakukan pengelolaan dan analisis data yang meliputi analisa laboratorium, analisa deskriptif, analisa grafis dan analisa keruangan. Airtanah di daerah penelitian sebagian besar telah tercemar, ditunjukkan oleh nilai tingginya nilai BOD, COD, fenol dan H2S, dan melebihi ambang batas Baku Mutu Air Peraturan Pemerintah RI No 82 Tahun 2001. Sampel yang dekat dengan kolam penampungan lumpur Lapindo memiliki nilai COD yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang lebih jauh. Nilai BOD lebih tinggi berada pada sampel yang letaknya lebih jauh dari kolam penampungan terutama pada daerah padat permukiman, begitu juga dengan Fenol. Namun kadar senyawa H2S di Desa Kedensari yang lokasinya sangat dekat dengan kolam penampungan lumpur kadarnya lebih tinggi dibandingkan sampel lain, secara fisik airtanahnya juga berbau, hal tersebut menandakan adanya pencemaran oleh air yang berada pada kolam penampungan lumpur Lapindo. Desa-desa di sekitar kolam penampungan elevasinya lebih rendah dibandingkan dengan kolam penampungan lumpur Lapindo, sehingga arah aliran pencemar menuju ke daerah dengan muka airtanah yang lebih rendah. Tingginya BOD, COD, fenol dan H2S di beberapa sampel yang melebihi Baku Mutu air minum menunjukkan air pada daerah tersebut tidak dapat digunakan sebagai baku air minum.
The research was conducted in the District Tanggulangin, Sidoarjo, to determine the unconfined groundwater pollution due to the Lapindo mudflow which appeared in 2006. The environmental indicator including BOD, COD, phenol and H2S were used to assess the pollution severity. This study aimed to determine the condition of unconfined groundwater at Tanggulangin District in terms of physical (conductivity, color, taste, smell) and chemical properties (pH, BOD, COD, Phenol, and H2S) and to assess the properness of unconfined groundwater quality at Tanggulangin District to be used as a source of drinking water. Stratified Sampling method based on water conductivity level which was measured after the groundwater depth was defined and Systematic grid Method to determine the location of wells used for mapping the direction of groundwater flow were used. Furthermore, data obtained including laboratory test result were subjected to descriptive, graphical and spatial analysis. The result showed that the groundwater around the studied area have largely been polluted, indicated by the high values of BOD, COD, phenols and H2S, which have exceeded the limit set for Water Quality Standards, issued through Indonesia Government Regulation No. 82/2001. Samples which were collected from the closer location to Lapindo mud ponds tended to have higher COD value compared to the further area. BOD values and phenol level were higher in samples collected from the further area to the ponds, especially in dense residential areas. However, the levels of H2S in Kedensari Village groundwater whose location is very close to the mud ponds was found to be higher than the other samples. In addition, the groundwater also smelled which indicated the contamination by the water of Lapindo mud ponds. The villages around the Lapindo ponds have lower elevation than the ponds, thus the pollutants flowed to the areas with lower groundwater surface. The BOD, COD, phenols and H2S levels in some of the samples which exceeded the limit of drinking water quality standard indicated that the groundwater in those areas cannot be used as drinking water.
Kata Kunci : airtanah bebas, kualitas airtanah, Lumpur Lapindo, kolam penampungan lumpur Lapindo