ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR
NOVI RAHMAWATI, Prof. Dr.Catur Sugiyanto, MA.
2013 | Skripsi | ILMU EKONOMIPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis sektor-sektor ekonomi potensial/basis di daerah pemekaran pulau kecil yaitu di Kabupaten Manggarai. Sektor basis merupakan sektor yang tingkat spesialisasinya lebih tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama di kabupaten/provinsi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang berhubungan dengan Kabupaten Manggarai Timur, diantaranya: PDRB atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000 Kabupaten Manggarai Timur (2008-2010), PDRB atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000 per kecamatan (2008-2010), PDRB Kabupaten Manggarai Timur menurut penggunaan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 (2008-2010). Selain itu untuk mendukung hasil analisis maka digunakan data-data dari Kabupaten Manggarai Timur dalam Angka ( 2009-2011), Statistik Pertanian Kabupaten Manggarai Timur (2009-2011), Statistik Potensi Desa Kabupaten Manggarai Timur (2011), Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Manggarai Timur (2012) dan Jumlah Desa Tertinggal di 183 Kabupaten Tertinggal di Indonesia Tahun 2011, yang diperoleh dari BPS Nusa Tenggara Timur. Alat analisis yang digunakan Location Quotient (LQ) dan Elastisitas Permintaan dari Pendapatan. Hasil penelitian Location Quotient menunjukan sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor bangunan/kontruksi merupak sektor basis di Manggarai Timur. Namun sektor basis yang dominan di setiap kecamatan adalah sektor pertanian. Sedangkan Borong adalah daerah yang paling banyak sektor basis, akan tetapi sektor pertaniannya non basis. Hasil analisis Elastisitas Permintaan dari Pendapatan menunjukan secara umum lebih besar mempengaruhi konsumsi non makanan (lingkup Kabupaten). Dimana Elastisitas pendapatan lebih besar untuk mempengaruhi konsumsi non makanan terjadi di Borong, Sambi Rampas, Lambaleda, Poco Ranaka, sedangkan Elastisitas pendapatan lebih besar untuk mempengaruhi konsumsi makanan ada di Elar dan Kota Komba. Kesimpulan secara keseluruhan dari hasil penelitian menunjukan Poco Ranaka dapat diprioritaskan untuk pembangunanan pada sektor pertanian, sedangkan Borong dapat diprioritaskan untuk pembangunan di luar sektor pertanian.
This paper aimed to analyze the potential economic sectors or basis ini the expansion area of small island in Regency of Manggarai. Basis sector is a sector which the level specialization is higher than the same sectors in the district or province. The datas used in this research associated with the East Manggarai, including: GDP of East Manggarai at the current prices and constant 2000 prices (2008-2010), GDP at current prices and constant 2000 prices per district (2008-2010), and GDP of East Manggarai by the use of applications at current prices and at constant prices in year of 2000 (2008-2010). In addition to support the analysis, we used datas from the East Manggarai in Statistical Numbers (2009-2011), East Manggarai Agricultural Statistics (2009-2011), Village Potential Statistics of East Manggarai (2011), Indicators of Social Welfare in East Manggarai (2012), and Number of Low Developing Villages in 183 districts in Indonesia Year of 2011, obtained from the East Nusa Tenggara Central Bureau of Statistics. The analysis tools used in this research are Location Quotient (LQ) and the Income Elasticity of Demand. The Location Quotient results show that agriculture, mining-quarrying and the building or construction are the basis sectors in East Manggarai. But the dominant basis sector in every district is agriculture sector, while Borong District has the most widely sector basis, but non-agricultural sector basis. The results of the analysis of the income elasticity of demand in general show greater influence non-food consumption in the scope of districts. The income elasticity show greater influence of non-food consumption occurred in Borong, Sambi Rampas, Lambaleda, and Poco Ranaka, while in the income elasticity show greater influence of food consumption in Elar and Kota Komba. Overall conclusion from the results of this paper show that Poco Ranaka District’s development can be prioritized for the agricultural sector development, while Borong District’s development can be prioritized for the development outside of agricultural sector.
Kata Kunci : Analisis Location Quotient (LQ), Elastisitas Permintaan dari Pendapatan dan Pemekaran