STRATEGI PENGHIDUPAN BERKELANJUTAN PADA RUMAH TANGGA MISKIN DALAM KONTEKS BENCANA BANJIR PASANG SURUT DI KECAMATAN PEKALONGAN UTARA KOTA PEKALONGAN
Novi Maulida Nimah, Dr. MR. Djarot Sadharto, M.Sc
2013 | Tesis | S2 GeografiPenelitian ini membahas tentang penghidupan rumah tangga miskin dalam konteks bencana banjir pasang surut di Kota Pekalongan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui bencana banjir pasang surut, (2) mengetahui aset dan dampak banjir pasang surut terhadap aset, dan (3) mengetahui strategi penghidupan rumah tangga miskin akibat banjir pasang surut. Penelitian ini menggunakan pendekatan descriptive exploratory dan field research yang dibahas secara deskriptif kualitatif dengan menguraikan peristiwa bencana banjir pasang surut, aset rumah tangga miskin, struktur dan proses institusional, strategi penghidupan untuk menghadapi banjir pasang surut, dan hasilnya. Tekanan bencana banjir pasang surut terjadi sejak tahun 2000 dengan peningkatan signifikan terjadi pada tahun 2010. Area tergenang telah mencakup 9 dari 10 kelurahan, intensitas kedatangan banjir hampir setiap hari, dan ketinggian banjir mencapai 15 s.d 40 cm di dalam rumah dan 30 s.d 50 cm di lingkungan areal permukiman. Pemanfaatan aset oleh rumah tangga miskin di Kecamatan Pekalongan Utara dilakukan sesuai mata pencaharian yang dimiliki yaitu sektor pertanian dan perikanan serta sektor industri, perdagangan, dan jasa. Sektor pertanian dan perikanan bergantung pada natural asset yaitu laut, sungai, dan lahan, sedangkan sektor industri, perdagangan, dan jasa bergantung pada physical asset yaitu rumah, alat transportasi, dan alat bekerja. Kerusakan kedua aset tersebut akibat bencana banjir pasang surut telah menghambat peningkatan kesejahteraan hidup. Strategi penghidupan untuk mengatasi banjir pasang surut secara umum dilakukan dengan memanfaatkan kebijakan pemerintah; menabung, berhutang, atau menjual aset; dan melakukan kegiatan sampingan. Khusus rumah tangga miskin yang bekerja di sektor pertanian dan perikanan, strategi juga dilakukan dengan bekerja sebagai buruh petani di wilayah lain; dan melakukan alternatif mata pencaharian lain seperti nelayan, buruh bangunan, pegawai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, dan pencari ikan di areal persawahan dan tambak yang tergenang.
This study discusses the livelihoods of poor households in the context of tidal flood in Pekalongan City. The purpose of this study was (1) to know the tidal flood, (2) to know the assets and the impact of tidal flood to assets, and (3) to determine the livelihood strategies of poor households due to tidal flooding. This study used descriptive exploratory and field research approach which discussed in qualitative descriptive with outline of tidal flood event, the assets of poor households, institutional structures and processes, livelihood strategies to face tidak flood, and the results. Pressures of tidal flood occurred since 2000 with a significant increase occurred in 2010. Inundated area has covered 9 out of 10 villages, the intensity of the arrival of flooding almost every day, and the height of the flood reaches 15 to 40 cm in the house and 30 to 50 cm in the area of the settlement. Utilization of assets by poor households in the Pekalongan Utara District done according owned livelihood that is agriculture and fisheries sectors as well as industry, trade, and services. Agriculture and fisheries rely on the natural assets of the sea, river and land, while the industrial sector, trade, and services depend on the physical asset of a house, transportation, and work tools. Damages to the two assets caused by flood tides have prevented an increase in welfare. Livelihood strategies to cope with the flood tide are generally done by using government policy; saving, debt, or sell assets; and sideline activities. Specifically poor households working in agriculture and fisheries, the strategy also done work as laborers farmers in other regions, and perform alternative livelihoods such as fishing, construction workers, clerks landfill waste, and fish finder in flooded farm.
Kata Kunci : bencana, banjir pasang surut, strategi penghidupan berkelanjutan, rumah tangga miskin