JAGONGAN WAGEN EDISI TEATER: SEBUAH KAJIAN DARI PERSPEKTIF PENONTON
M. Syahrul Qodri, Dr. G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A
2013 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaJagongan Wagen merupakan salah satu pertunjukan seni yang ada di kawasan Yogyakarta, yang mendapatkan apresiasi yang cukup banyak dari masyarakat, sehingga pada setiap bulan pergelarannya dapat menghadirkan lebih dari 300 orang, bahkan pernah mencapai 700-an orang. Di antara penonton tersebut, ada sebagian yang datang setiap kali Jagongan Wagen digelar, sehingga hal ini perlu mendapat perhatian, mengapa menonton Jagongan Wagen dan bagaimana hubungan mereka dengan Jagongan Wagen? Menjawab pertanyaan tersebut dibutuhkan metode yang tepat, dan dalam penelitian ini dipilih kerangka berfikir yang diajukan oleh Pierre Bourdieu, yaitu strukturalisme-generatif yang diharapkan dapat mendeskripsikan suatu cara berfikir dan cara mengajukan pertanyaan, dengan cara menganalisis posisi ranah dalam hubungannya dengan ranah kekuasaan serta menetapkan struktur objektif hubungan-hubungan antara posisi-posisi yang dikuasai oleh pelaku dan institusi yang berada dalam persaingan di dalam ranah ini. Setelah itu dilakukan analisis habitus para pelaku, sistem-sistem kecenderungan yang berbeda yang diperoleh melalui internalisasi sesuatu yang ditentukan menurut kondisi. Setelah melihat habitus para penonton yang disandingkan dengan habitus para seniman Jagongan Wagen, serta dikuatkan dengan pernyataanpernyataan yang mendukung habitus tersebut, dapat disimpulkan bahwa alasan menonton Jagongan Wagen pada hakikatnya terletak pada adanya ikatan emosional yang terbangun dalam ranah Jagongan Wagen. Hal ini secara sadar ataupun tidak, para seniman Jagongan Wagen telah membangun ikatan emosional dengan sesama seniman yang difasilitasi oleh pihak YBK, kemudian energi ikatan emosional tersebut dipresentasikan di atas panggung melalui pertunjukan Jagongan Wagen.
Jagongan Wagen is one of the performing arts in Yogyakarta, which receives a lot of appreciation from the community. The audiences for each performance is about 300 people, even may reach 700 people. Most of audiences come regularly every time when Jagongan Wagen is held. This circumstance needs to get attention, why do they watch Jagongan Wagen and how is the relationship which they have with Jagongan Wagen? Answering that question requires a right method, and in this study selected frameworks proposed by Bourdieu, named generative-structuralism which is expected to describe a way of thinking and asking questions, by analyzing the position of the domain in relation to the field of power and establish objective structure relationships between positions that are held by artist and institutions that are in competition in this sphere. Then it is continued by analyzing the habitus of the audience and artist, systems of different tendencies acquired through internalization something determined by the condition. After analyzing the habitus of audience which is compared to the habitus of artist in Jagongan Wagen, and corroborated with statements supporting those habitus, it could be concluded that the reason to watch Jagongan Wagen essentially lies in the emotional bond that is built up in the field of Jagongan Wagen. Consciously or not, the artist of Jagongan Wagen has built an emotional bond each other facilitated by the YBK, then the emotional bond energies presented on the stage through Jagongan Wagen performance
Kata Kunci : penonton, Jagongan Wagen, teater