PERMUKIMAN RAWA DI KALIMANTAN SELATAN
Andy Safariansyah, Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D.
2013 | Tesis | S2 Magist.Prnc.Kota & DaerahPemukiman rawa desa Sungai Buluh, Rantau Bujur dan Mantaas memiliki kekhasan yang tidak hanya terlihat dalam pola permukiman saja tetapi juga tercermin dari pola perilaku kehidupan sosial budaya masyarakat pemukim. Nilainilai kehidupan yang berawal dari kesempatan mereka karena ketergantungannya terhadap alam yang kemudian menuntun mereka untuk berspekulasi dengan pengembangan usaha secara luas, dan ini memberikan dampak positif terhadap perilaku pemukim untuk kelangsungan hidupnya. Pola kehidupan sosial budaya pemukim rawa ini bersumber dari nilai sosial budaya, religi dan kebiasaankebiasaan setempat yang kemudian menjadi kearifan lokal yang tercermin dalam pemanfaatan ruang dan pengelolaan lingkungan pasang surut secara optimal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian induktif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Dimana semua data dan keterangan didapat melalui observasi dan wawancara kemudian dianalisa. Dari informasi ini didapatkan kata kunci yang kemudian diangkat menjadi tema-tema temuan. Sehingga didapatkan gambaran konsep sebuah penelitian fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kearifan lokal dalam konteks pemanfaatan ruang secara makro dan mikro di lingkungan rawa yang terlihat dalam pembagian ruang wilayah untuk tinggal dan usaha, sistem kepemilikan lahan, adaptasi tempat tinggal, pola dan orientasi permukiman serta integrasi ruang sosial. Kemudian kearifan lokal dalam konteks pengelolaan lingkungan pasang surut tentang pengetahuan lokal mengenai iklim dan perkiraan musim , pengetahuan mengenai teknik penangkapan ikan, bercocok tanam, sistem pertanian rawa lebak, pengelolaan tata air serta sistem pemeliharaan hewan ternak khususnya penggembalaan kerbau rawa. Selain itu hasil penelitian ini juga menunjukkan kuatnya kehidupan sosial budaya pemukim yang menggambarkan bahwa masyarakat pemukim rawa ini merupakan pekerja yang ulet, kreatif, sederhana dan suka bergotong royong yang terbentuk oleh pengalaman sejarah dan lingkungannya
Swamp settlements at Sungai Buluh village, Rantau Bujur and Mantaas had unique features. The uniqueness is not only in settlement patterns but also in the form of socio cultural behaviour of the people. The socio cultural behavior of people in swamp settlement then became local wisdom that reflected in spatial and environmental management in that area. This research used inductive qualitative method by using phenomenological approach. All the data and information obtained by observations and interviews, then analyzed resulting in keywords that became themes concept found from this research. The research indicated that there was a local wisdom in spatial pattern both at macro and micro scale. It could be seen in the form of dividing of residency and business area, system of land ownership, residency adaptation, pattern and orientation of settlement and integration of social space. Such, local wisdom in is also seen in environmental management in the forms of local knowledge of climates and season estimations, knowledge of fishing techniques, farming, lowland swamp farming system, management of water system and system of keeping farm animals especially herding swamp buffalo. Besides, the research also indicated how strong the people's socio cultural life which describe that they are the hardworkers, creative, humble and helping each other that formed by historical experiences and environment.
Kata Kunci : Kehidupan Sosial Budaya Pemukim Rawa, Kearifan lokal, Pemanfaatan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Pasang Surut