FENOMENOLOGI EKSISTENSIAL SUBYEK GELANDANGAN DI JALANAN KOTA YOGYAKARTA (AKAR PEMIKIRAN, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PENERAPAN METODE FENOMENOLOGI EKSISTENSIAL)
Wahyu Budi Nugroho, Dr. M. Supraja, M.Si.
2013 | Tesis | S2 SosiologiPenelitian ini berupaya melacak akar pemikiran metode fenomenologi eksistensial berikut menerapkannya dalam ranah kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, penelitian ini menggabungkan jenis penelitian kepustakaan dengan lapangan. Pada level praksis, peneliti menerapkan metode fenomenologi eksistensial dalam melacak dan menjelaskan pengalaman berikut pemaknaan eksistensial dari subyek gelandangan di jalanan kota Yogyakarta. Sementara, dalam ranah penelitian yang pertama—studi kepustakaan, penelitian terkait memaparkan berbagai perbedaan kerangka konseptual metode fenomenologi eksistensial dibanding varian metode fenomenologi lainnya. Kedua, pencarian akan pengalaman serta pemaknaan hidup subyek gelandangan di jalanan kota Yogyakarta melalui perspektif fenomenologi eksistensial faktual berkualifikasi menjelaskan kondisi ―mengada‖ subyek gelandangan kala menemui keberadaan dirinya sebagai being-for-itself ‗berada bagi dirinya‘ dan being-in-itself ‗berada dalam dirinya‘. Lebih jauh, penelitian terkait turut memaparkan dimensi otentitas maupun mauvaise foi ‗keyakinan yang buruk‘ dari subyek gelandangan di jalanan kota Yogyakarta.
This research attempts to tracing the base thought of existential phenomenology method and practice it in daily life. Therefore, this research integrates both of library research and field research study. In practice level, reseacher tries to practicing in how existential phenomenology method tracing and describing the existential experience and meaning of homeless in Yogyakarta streets. In the mode of first, this research proved that existential phenomenology research have a lot of differences compared to the other variant of phenomenological method. Second, the tracing of existential experience and meaning of homeless in Yogyakarta streets through existential phenomenology research may describing their “state-of-being-in the world†in the mode of etre pour soi (being-for-itself) and etre en soi (being-in-itself). Furthermore, the concerned research of homeless in Yogyakarta streets may describing their otentity dimension, also their mauvaise foi (bad faith) dimension.
Kata Kunci : eksistensialisme, fenomenologi eksistensial, gelandangan, Yogyakarta