Laporkan Masalah

TANGGAPAN DUA PULUH KLON KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP SUHU TINGGI PADA KONDISI IN VITRO DAN LAPANGAN

Tri Handayani, Dr. Panjisakti Basunanda, SP.,MP.

2013 | Tesis | S2 Ilmu Pemuliaan Tanaman

Produksi tanaman kentang dihadapkan pada masalah cekaman suhu tinggi, dengan kehilangan dapat mencapai 32%. Oleh karena itu diperlukan kultivar yang mampu beradaptasi dan toleran terhadap suhu tinggi. Penelitian ini bertujuan mengetahui: (1) Perubahan karakter morfologi tanaman dan umbi serta penurunan produksi akibat suhu tinggi dan (2) Toleransi 20 klon terhadap cekaman suhu tinggi berdasarkan kemampuan membentuk berumbi. Dua puluh klon kentang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji stabilitas membran dan perbedaan pertumbuhan dan potensi hasil pada suhu normal dan suhu tinggi, baik secara in vitro maupun di lapangan. Percobaan kondisi in vitro dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan, Balitsa, Lembang, sedangkan percobaan lapangan dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Margahayu, Lembang untuk kondisi normal dan KP Wera, Subang untuk kondisi suhu tinggi. ariasi intensitas kerusakan membran pada 20 klon yang diuji V sejalan dengan informasi awal tentang toleransi masing-masing klon yang diuji terhadap suhu tinggi. Tanggapan yang diberikan klon-klon kentang terhadap suhu tinggi pada kondisi in vitro antara lain kandungan klorofil daun planlet menurun, terjadinya pemanjangan ruas, ukuran daun mengecil, vigor planlet menurun, intensitas warna hijau batang dan daun menurun, produksi umbi mikro terhambat dan menurun, dan munculnya tunas pada umbi mikro yang terbentuk. Klon CIP 394613.139, CIP 394614.117, CIP 395195.7 dan „GM 08‟ termasuk klon yang toleran terhadap suhu tinggi pada kondisi in vitro berdasarkan produksi umbi mikro dan perubahan produksi umbi mikro. Kondisi suhu tinggi pada kondisi lapangan menyebabkan penurunan kandungan klorofil daun, penurunan produksi umbi (jumlah dan ukuran), serta perubahan morfologi tanaman dan umbi. Perubahan morfologi yang terjadi pada suhu tinggi antara lain tipe tumbuh menjadi lebih tegak, pemanjangan batang, ukuran daun dan umbi mengecil, permukaan umbi tidak teratur, terbentuknya umbi knob dan pertumbuhan sekunder pada permukaan umbi utama. Klon „Atlantik M‟, CIP 395195.7, N.1, dan „Ping 06‟ merupakan klon-klon yang dapat digolongkan toleran terhadap suhu tinggi pada kondisi lapangan, berdasarkan produksi umbi dan penurunan produksi umbi. Disimpulkan, klon CIP 395195.7 memperlihatkan toleransi suhu tinggi pada kondisi in vitro maupun lapangan. Pengujian tidak menemukan korelasi yang kuat dan nyata antara peubah-peubah dalam pengamatan in vitro dan lapangan.

Productivity of potato plants hampered with high temperature or heat stress, with the yield losses up to 32%. Therefore, in order to increase the potato growing in lowland area, adaptive and tolerant cultivars to heat stress are required. This research aimed at determining (1) responses of morphological characteristics of plant and tubers, as well the decreasing of tuber productivity due to high temperature, and (2) heat tolerance level of 20 clones based on tuberization ability. Twenty clones of potato were used in this research. Observation included membrane stability testing, in vitro testing at normal temperature (20 °C) and high temperature (27 °C) towards chlorophyll content, vegetative growth, microtuberization, and microtuber production, and field testing in Margahayu Field Station, Lembang for normal temperature condition and Wera Field Station, Subang for supraoptimal temperature condition. Membrane stability testing showed that variation in cell membrane injury rate of the clones tested were in accordance with the information about their respective tolerance to high temperature. The responses of the potato clones to high temperature at in vitro conditions included reduction of leaf chlorophyll content, elongation of nodes, diminishing of leaf size, decrease in vigor, reduction in the intensity of stem and leaf green color, and inhibition of the production of microtuber and forming of shoots at the micro-tubers. Clones CIP 394613.139, CIP 394614.117, CIP 395195.7, and „GM 08‟ could be categorised as heat tolerant. High temperature condition in field trial gave similar effects as in in vitro condition, with the addition to reduction of tuber number and size per plant. Changes in plant and tuber morphology were also detected, such as more upright growing habit, elongated stem, decreasing leaf size and tuber size, and formation of tuber knobs. Clones „Atlantik M‟, CIP 395197.7, N.1, and „Ping 06‟ could be categorised as tolerant to high temperature under field conditions. CIP 395195.7 was the only clone that performed heat tolerance in both in vitro and field conditions. No significant correlations were observed between in vitro and field production characters.

Kata Kunci : toleransi suhu tinggi, kentang (Solanum tuberosum L.), pertumbuhan, potensi hasil, adaptasi.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.