IDENTITAS HIBRID ORANG CINA INDONESIA KRISTEN: Ketegangan dan Negosiasi antara Kecinaan, Keindonesiaan dan Kekristenan
Darwin Darmawan, Dr. Budiawan
2013 | Tesis | S2 Agama dan Lintas BudayaPenelitian ini mencoba untuk mengetahui negosiasi identitas orang Cina Indonesia Kristen di masa setelah Soeharto. Secara khusus, penelitian ini mencoba untuk mengetahui agensi dari kekristenan dalam proses negosiasi identitas tersebut. Penulis melakukan penelitian etnografis di Gereja Kristen Indonesia, Jalan Perniagaan, Jakarta. GKI Perniagaan dipilih karena posisinya yang unik, sebab ia secara historis berkembang di atas tradisi Cina, iman Kristiani yang mana berbeda dengan sebagian besar masyarakat Indonesia dan bagian dari sejarah masyarakat Indonesia. Memakai konsep hibriditas, penelitian ini menemukan bahwa identitas mereka heterogen, dinamis dan ambivalen. Penelitian ini juga menemukan bahwa ada ketegangan dan negosiasi yang berlanjut antara kecinaan, keindonesiaan dan kekristenan. Ketegangan dan negosiasi tersebut menghasilkan identitas hibrid, yaitu Cina Indonesia Kristen. Terkait dengan identifikasi diri mereka yang hibrid, Calvinisme Belanda, cabang dari Protestantisme, berfungsi sebagai “ruang ketiga†yang di dalamnya identifikasi hibrid sebagai orang Cina Indonesia Kristen mungkin terjadi. Selain itu, di dalam ruang ketiga kekristenan, mereka bisa menjawab pertanyaan eksistensial mengenai apa artinya hidup sebagai orang Cina Indonesia Kristen. Temuan dalam penelitian ini berguna untuk memperkaya wacana mengenai multikulturalisme, khususnya untuk melihat identitas dalam pengertian yang hibrid bukan baku dan essensialis. Perspektif yang hibrid dalam memandang identitas ini menolong kita untuk hidup bersama di dalam perbedaan, sesuatu yang sangat diperlukan dalam konteks masyarakat yang majemuk.
This research try to unpack Chinese Indonesian Christian identity negotiation in post Soeharto. More specifically, this research try to unpack the agency of Christianity in Chinese Indonesian identity negotiation. I conducted ethnographic research on the Indonesian Christian Church (Gereja Kristen Indonesia, GKI) in Perniagaan Street, Jakarta. GKI Perniagaan was chosen because of its rather unique position in that it has historically combined both Chinese tradition, Christian faith in ways that are quite different from the mainstream Indonesian community and history of Indonesian community. Using the concept of hybridity, this research has found that their identitities are heteregeneous, dynamic and ambivalent. This research has also found that there are continual tension and negotiation between Chineseness, Indonesianess and Christianity. That tension and negotiation produce hybrid self identification, i.e. Chinese Indonesian Christian. Relate to their hybrid self identification, Dutch Calvinisme, a branch of Protestantism, functions as “third space†where their hybrid identification of Chinese Indonesian Christian is possible to take place. Beside that, in the Christian third space they can answer the existensial question of what it means to be Chinese Indonesian Christian in post Soeharto. These findings contribute to debates over multiculturalism, especially regarding the perspective of seeing identity as hybrid not as fixed and essentialised way of understanding. The hybrid perspective of seeing identity helps us to live together in diversity.
Kata Kunci : identitas, negosiasi, essensialisme, hibriditas