Laporkan Masalah

NARASI MASKULINITAS DALAM LE ROCHER DE TANIOS KARYA AMIN MAALOUF

DEWI ARIANI, Dr. Wening Udasmoro, M.Hum, DEA

2013 | Tesis | S2 Sastra

Kajian ini bertujuan untuk mengungkapkan narasi maskulinitas dalam novel Le rocher de Tanios karya Amin Maalouf. Maskulinitas mengacu pada tubuh lakilaki, tetapi maskulinitas bukanlah jenis kelamin dan tidak sama dengan laki-laki. Maskulinitas itu sendiri dibangun di dalam masyarakat dan berhubungan dengan budaya setempat. Masyarakat Arab yang notabene adalah masyarakat patriarkis meyakini bahwa laki-laki harus memiliki nilai-nilai maskulin dalam dirinya. Narasi maskulinitas yang berkembang di masyarakat tersebut menuntut agar lakilaki tampil sesuai dengan harapan masyarakat. Hal tersebut oleh Amin Maalouf direpresentasikan ke dalam novel Le rocher de Tanios. Maskulinitas dibagi menjadi dua, yaitu maskulinitas hegemonik dan maskulinitas subordinat. Maskulinitas hegemonik diyakini sebagai maskulinitas dominan sekaligus sebagai maskulinitas ideal dan berhubungan erat dengan heteroseksualitas dan kekuasaan. Maskulinitas dalam diri seseorang sifatnya dinamis dan dapat diubah, karena maskulinitas bukan bawaan lahir seseorang. Maskulinitas merupakan proses menjadi. Artinya bahwa pelabelan maskulinitas terhadap seseorang tidak terjadi begitu saja, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar, bahkan penuh dengan konflik.

This study aims to reveal the narrative of masculinity in the novel Le rocher de Tanios written by Amin Maalouf. Masculinity is referring to a male body, but masculinity is not sex and not equal to men. Masculinity itself is built in the community and related to the local culture. Arab community which is actually a patriarchal society believes that men should have a masculine values in them. Narrative masculinity in society demands that men should act according to the expectation of society. This is what represented in the novel Le rocher de Tanios by Amin Maalouf. Masculinity is divided into two terms, hegemonic masculinity and subordinated masculinities. Hegemonic masculinity is believed to be the dominant masculinity as well as the ideal masculinity and is closely linked to heterosexuality and power. Masculinity is dynamic and can be changed. It is because masculinity is not inherent. Masculinity is in the process of becoming. This means that the labeling of masculinity in someone does not just happen right away, it takes a long time along with conflicts.

Kata Kunci : narasi, novel, maskulinitas, maskulinitas hegemonik, maskulinitas subordinat


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.