ANALISIS KRITIS KARYA TERJEMAHAN MAX LANE ATAS KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER ‘BUMI MANUSIA’
ERNA ZULAENI, Prof. Dr. Soepomo Poedjosoedarmo
2013 | Disertasi | S3 LinguistikMenerjemahkan karya sastra, terutama yang beraliran roman-bersejarah bukanlah hal yang mudah. Selain pengetahuan linguistik dari naskah asli (SL: Source Language) dan naskah terjemahan (TL: Target Language), masih banyak faktor lain yang bisa menentukan keberhasilan suatu terjemahan. Kata atau ungkapan yang tidak ditulis dalam SL, harus diperlakukan dengan sangat hati-hati karena dipastikan membawa tugas dan misi khusus yang sering tersembunyi yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembacanya, misalnya: 1. cara menyampaikan entitas yang tidak bisa diakomodasi SL; 2. gambaran yang lebih nyata tentang kehidupan tokohnya; 3. cara memperkenalkan ungkapan yang terikat erat dengan kehidupan sosial dan budaya dari kelompok masyarakat yang bahasanya dipakai dalam cerita; 4. menunjukkan adanya celah sosial antara tokoh dalam cerita; 5. agar aliran cerita berjalan mulus; 6. menciptakan suasana yang alami; demi terciptanya stilistika dan nuansa puitis dan 8. lisensia Puitika. Keputusan untuk 1. mempertahankan kata atau ungkapan dari SL terutama yang bermakna figuratif; 2. mengganti dengan kata atau ungkapan yang sepadan dari TL; 3. menerjemahkan secara non-literal; 4. memparafrasa atau 5. menghilangkan kata, harus dilakukan dengan kehati-hatian yang tinggi. Hasil terjemahan harus dipastikan tidak mengalami pengurangan makna. Bentuk. dampak emotif dan unsur stilistikanya juga harus terjaga. Sebagai gambaran kehidupan nyata, roman bersejarah memuat percakapan; dan selayaknya percakapan yang nyata, tokoh-tokohnya juga melanggar prinsip berkomunikasi baik prinsip kerjasama, kondisi kepatutan maupun maksim-maksim yang diciptakan oleh Grice serta prinsip relevansi yang diutarakan Sperber dan Wilson. Untuk itu, pengetahuan 1. mengenai berbagai macam bentuk tuturan; 2. tentang bagaimana orang memelintir tuturan untuk mendapatkan perlokusi dari lawan tuturnya; dan keahlian 3. cara menarik implikasi dari suatu proposisi serta 4. dalam mempergunakan apapun yang berasal dari fenomena sosio-kultural kehidupan kelompok masyarakat berbahasa yang ada pada cerita, harus dipunyai oleh seorang penerjemah. Kajian terjemahan ‘Bumi Manusia’ dan terjemahannya ‘This Earth of Mankind’ ini dilaksanakan berdasar penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif. Hasil kajian diharapkan bisa memberi bimbingan cara menerjemahkan karya sastra berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris dengan jelas dan rinci. Dengan demikian akan ada banyak penerjemah bangsa Indonesia yang tergerak untuk menerjemahkan karya sastra Indonesia ke dalam bahasa Inggris, sehingga akan lebih banyak karya sastra yang nantinya mendunia.
Translating Indonesian historically based literary works is definitely no easy matter. Having abundant linguistic knowledge of both the source language (SL) and the target language (TL) itself is not sufficient. There are other factors that will determine the success of the translation. A translator has to be cautious when encountering words or expressions written in other than the language used in the original work (ST: Source Text) as they for sure do special tasks or carry out secret missions and contain hidden messages that the author would like to deliver to his/her readers ranging from 1. ways out to deliver entities the SL cannot accommodate, 2. giving a clearer picture of the real life depicted in the book, 3. introducing socio-culturally bound expressions, 4. showing the social-power gaps between each character in the book, 5. maintaining the fluent flow of the story, 6. creating natural ambience, 7. for the sake of beauty be it stylistic or poetic, 8. licentia poetica etc. The decision whether to 1. adopt expressions, especially those containing figurative meanings, on to the translation version, 2. replace them with equivalent expressions from TL, 3. translate the expressions from SL into non-literal expressions, 4. paraphrase such expressions or 5. eliminate the expression should be based on a very careful consideration if such action would reduce any meaning content and/or alter the form. Should such a decision is taken, rechecking, whether aesthetic and emotive effects reduction have occurred, needs to be done. As a depiction of real life, a historical based romance also contains conversations; and as real conversations, there exist communication violations, be it violations of cooperative principles, appropriateness conditions, or any maxims that underlie the efficient use of language as coined by Grice, or the principles of relevance as proposed by Sperber and Wilson. Having knowledge on different types of utterances and on how people skew such utterances to get special perlocution from the hearers; owning skills on how to draw an implication from certain propositions, as well as having ability to employ whatever comes from the social and cultural phenomena from both language communities (SL and TL) is compulsory. This analysis of the translation of ‘Bumi Manusia’ written by Pramoedya Ananta Toer into ‘This Earth of Mankind’ by Max Lane was carried out based on descriptive qualitative research. It is expected it will provide clear and detailed guidelines on how to translate literary work from Indonesian into English with the hope that more Indonesian translators will be interested in translating literary work and by doing so more Indonesian literary work would be internationally acclaimed.
Kata Kunci : terjemahan, sastra, bahasa asli, bahasa target, kesepadanan