Laporkan Masalah

TARI BEDHAYA PURNAMA JATI DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT MANUSIA RELEVANSINYA DENGAN PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA

Y. Murdiyati, S.S.T., M.Sn., Prof. Dr. Joko Siswanto, M.Hum.

2013 | Disertasi | S3 Ilmu Filsafat

Disertasi ini berjudul ”Tari Bedhaya Purnama Jati dalam Perspektif Filsafat Manusia Relevansinya dengan Pembentukan Karakter Bangsa.” Tari Bedhaya Purnama Jati adalah tari kelompok yang ditarikan oleh sembilan penari putri yang mengungkapkan tema petuah-petuah tentang cara hidup manusia agar selalu mendapatkan jalan yang terang. Tema tari Bedhaya Purnama Jati bersumber pada Serat Tasrikngalam, manuskrip dengan tulisan huruf Jawa milik Raden Nganten Natasugita, yang disalin sendiri oleh K.R.T. Sasmintadipura, koreografer Bedhaya Purnama Jati. Tari Bedhaya Purnama Jati diciptakan pada tahun 1992 dan pertama kali dipentaskan untuk memeriahkan suasana acara ulang tahun yang ketujuhpuluhdua B.R.Ay. Pujakusuma. Tari Bedhaya Purnama Jati sebagai seni pertunjukan masih mengacu ketentuan normatif atau tata aturan penyusunan tari Bedhaya yang bersumber pada bentuk, teknik, dan gaya tari keraton Yogyakarta. Studi ini bertujuan untuk menggali dasar filsafat tari Bedhaya Purnama Jati, menganalisis pandangan filsafat manusia dalam tari Bedhaya Purnama Jati, dan merefleksikan relevansi pandangan manusia monodualitas dengan pembentukan karakter bangsa. Penelitian tari Bedhaya Purnama Jati menggunakan kerangka teori monodualitas manusia menurut Anton Bakker, yakni hubungan badan dan jiwa, hubungan imanen dan transenden, hubungan individu dan sosial, serta hubungan statisme dan dinamisme. Tari Bedhaya Purnama Jati juga memiliki monodualitas yang identik dengan monodualitas manusia, dan relevan dengan pembentukan karakter bangsa Indonesia, sehingga hakikat tari Bedhaya Purnama Jati identik dengan hakikat manusia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka, observasi, wawancara, dan menggunakan analisis filsafat manusia. Teknik analisis data melalui verstehen tentang bentuk dan struktur tari Bedhaya Purnama Jati, dilanjutkan penafsiran makna dengan analisis hermeneutika, kemudian analisis heuristika, sehingga ditemukan teori baru tentang hubungan hakikat tari Bedhaya Purnama Jati dan hakikat manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Dasar filsafat tari Bedhaya Purnama Jati adalah: hidup manusia, yakni hubungan substansi atau hakikat manusia dengan hidup di dunia merupakan dasar ontologis, hubungan pengalaman atau empiri, akal atau ide, dengan keyakinan religius manusia merupakan dasar epistemologis, hubungan nilai objektif dan subjektif merupakan dasar aksiologis. (2) Pandangan filsafat manusia dalam tari Bedhaya Purnama Jati adalah kesatuan yang utuh dan harmonis antara: wadhah dan isi, rasa sejati dan pramana, heneng-hening dan awas-éling, mandheg dan milir. Monodualitas manusia berperanan penting bagi pembentukan karakter bangsa Indonesia, yakni sebagai dasar pendidikan karakter budi pekerti yang luhur. (3) Tari Bedhaya Purnama Jati relevan dengan pembentukan karakter bangsa karena dipandang dari segi filsafat manusia, memiliki nilai-nilai yang dapat membentuk karakter budi pekerti luhur bangsa Indonesia.

This dissertation has heading “Bedhaya Purnama Jati dance on human being philosophy perspective relevance to Indonesia character building.” The Bedhaya Purnama Jati dance is group dance which is danced by nine girls which express theme of advices about the human being way of life in order to always get the bright way. The theme of Bedhaya Purnama Jati dance has source at the Tasrikngalam’s knuckle, a book with writing Javanese characters Raden Nganten Nata Sugita’s fate, which is copied by K.R.T. Sasmintadipura hisself, choreografer’s Bedhaya Purnama Jati dance. The dance was created in 1992 and the first time performed to celebrate the seventysecond birthday of B.R.Ay. Pujakusuma. The dance as a performance art still fetch the standard of regulation or the constraction regulation of the Bedhaya Purnama Jati dance has source at dance form, dance technique, and dance style of the Yogyakarta palace. The study aims to research the base of philosophy of Bedhaya Purnama Jati dance, to analize the view of human being philosophy in Bedhaya Purnama Jati dance, and to reflect relevance the view of monodualitas human being with Indonesian character building. The research of Bedhaya Purnama Jati dance uses the base theory of monodualitas of human being of Anton Bakker, that is contact of body and sould, contact of immanent and transcendent, contact of individual and social, contact of statism and dynamism. The dance also has monodualitas which equal with monodualitas of human being, and relevance with Indonesian character building, so the essence of Bedhaya Purnama Jati dance to be equal with the essence of human being. This research uses quality methods with technique of data gathering through library study, observation, interviewing, and analysis of human being philosophy. The technique of data analysis through verstehen about form and structure of the dance, continued interpretation of meaning with hermeneutic analysis, then heuristic analysis, so it be found new theory about contact of the essence of Bedhaya Purnama Jati dance and the essence of human being. The result of the research indicate that: (1). The base of the philosophy analysis of Bedhaya Purnama Jati dance is be alive of human being, that is contact the essence of human being with be alive in the world is ontologic base, contact the experience, the idea, with the religious belief of human being is epistemologic base, contact the objective value and the subjective value is aksiologic base. (2). The view of human being philosophy in Bedhaya Purnama Jati dance is the whole unit and harmonice between wadhah and content, rasa sejati and pramana, henenghening and awas-éling, mandheg and milir. The human being monodualitas is very important to the Indonesian character building, as the basic of character education of the noble character. (3). The Bedhaya Purnama Jati dance relevance with Indonesian character building because of the view human being philosophy, it has the values which can build the Indonesian noble character.

Kata Kunci : Tari Bedhaya Purnama Jati, Monodualis, Karakter Bangsa


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.