Laporkan Masalah

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SIG UNTUK EVALUASI LAHAN KERING DI KABUPATEN BANTAENG, SULAWESI SELATAN

ARTHUR GANI KOTO, S.TP, Prof. Dr. Totok Gunawan, M.S.

2013 | Tesis | S2 Penginderaan Jauh

Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air pada sebagian kecil waktu dalam setahun, yang terdiri dari lahan kering dataran rendah dan lahan kering dataran tinggi. Lahan kering umumnya terdapat di wilayah pegunungan yang ditandai dengan topografinya yang bergelombang dan merupakan daerah penerima dan peresap air hujan yang kemudian dialirkan ke dataran rendah, baik melalui permukaan tanah (sungai) maupun melalui jaringan bumi air tanah. Pertanian lahan kering merupakan penyumbang devisa terbesar di Kabupaten Bantaeng. Penelitian ini bertujuan : (1) menganalisis distribusi spasial lahan kering yang memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dan SIG di Kabupaten Bantaeng, (2) menganalisis wilayah lahan kering yang memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dan SIG di Kabupaten Bantaeng. Teknik pengolahan citra digital yang digunakan adalah citra komposit warna, perentangan kontras, klasifikasi supervised Support Vector Machines (SVM) dan klasifikasi kemiringan lereng. Metode penelitian yang digunakan adalah gabungan antara analisis digital citra Landsat 5 TM menggunakan klasifikasi supervised SVM berdasarkan klasifikasi pengetahuan dasar (knowledge-based classification) dengan hasil kerja lapangan dan pantulan spektral citra Landsat 5 TM yang diproses dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam pembuatan peta-peta karakterisitik fisik lahan (bentuk lahan, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan saat ini). Faktor-faktor penghambat/pembatas lahan kering berdasarkan kemampuan lahan yaitu jenis tanah, tekstur tanah, kedalaman tanah, kelimpahan batuan, ancaman banjir, kandungan organik, erosi, dan kemiringan lereng. Masing-masing faktor penghambat tersebut, kecuali kemiringan lereng, diinterpretasi secara manual dari citra Landsat 5 TM dan ASTER GDEM 2. Metode penentuan lahan kering diperoleh berdasarkan analisis curah hujan, kemampuan lahan dan penggunaan lahan saat ini. Wilayah lahan kering tersebar di Kecamatan Gantarangkeke, Tompobulu, Eremerasa, Bantaeng dan Uluere dengan luas keseluruhan 20.643,986 ha, dan wilayah non lahan kering terdapat di Kecamatan Pajukukang, Bantaeng, Bissappu, Eremerasa dan Pajukukang dengan luas keseluruhan 19.119,146 ha. Hasil analisis menunjukkan bahwa lahan kering dominan penyebarannya di wilayah dengan curah hujan normal dengan kemampuan lahan II-IV dan penggunaan lahan saat ini di dominasi kebun campuran dan lahan pertanian.

Dry land is a land that was never flooded or under water in a small part of the year, which consists of dry land lowland and upland plateau. Dry land generally located at mountainous region characterized by undulating topography and a receiving area, and impregnation rainwater which is then channeled to the lowlands, either through the soil surface (river) as well as through a network groundwater earth. Dry land agriculture is the largest foreign exchange earner in Bantaeng Regency. This study aims to : (1) analyzing the spatial distribution of dry land using remote sensing and GIS technology in Bantaeng Regency, (2) analyzing dry land regions utilizing remote sensing technology and GIS in Bantaeng Regency. Digital image processing techniques used is the composite image color, contrast stretching, supervised classification Support Vector Machines (SVM) method and slope classification. Method in this study is a combination of digital analysis of Landsat 5 TM using supervised classification SVM based on knowledge based classification with the results of field work and spectral reflectance Landsat 5 TM were processed using Geographic Information System (GIS) in the making of maps the physical characteristics of the land (landform, slope, and present land use). Inhibiting factors dry land of the land capability is soil type, soil texture, soil depth, rock abundance, threats flooding, organic content, soil erosion and slope. Each of these factors inhibitors, unless the slope, interpreted manually from Landsat 5 TM and ASTER GDEM 2 images. Method of determining the dry land acquired based on the analysis of rainfall, land capability and present land use. The area of dry land spreading in the subdistrict of Gantarangkeke, Tompobulu, Eremerasa, Bantaeng and Uluere which total area covered is 20.643,986 ha and non upland areas are in the subdistrict of Pajukukang, Bantaeng, Bissappu and Eremerasa which total area covered is 19.119,146 ha. The results of analysis show that the spreading in the dominant upland areas with heavy normal rainfall with the land capability II-IV and the present land use in the domination mixed farms and farmland.

Kata Kunci : lahan kering, Landsat 5 TM, kemampuan lahan, support vector machines (svm), knowledge based classification


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.