VALUASI EKONOMI PEMANFAATAN LANGSUNG HUTAN MANGROVE OLEH MASYARAKAT DI KELURAHAN LAKOLOGOU, LIABUKU, DAN LOWU- LOWU , KOTA BAUBAU
Herlan Hidayat, Dr. Sunarto, M.S.
2013 | Tesis | S2 Ilmu LingkunganPenyebaran hutan mangrove di Kelurahan Lakologou, Liabuku, dan Lowu-lowu di Kota Baubau, terindikasi telah terdegradasi habitatnya akibat dikonversi menjadi area pertambakan, sedangkan ketersediaannya semakin menurun drastis dihabitat alamiahnya sebagai akibat pemanfaatan yang berlebihan oleh aktivitas manusia oleh karena itu Perlu diketahui kondisi kondisi ekologis, pemanfaatan langsung dan valuasi ekonomi hutan mangrove. Penelitian ini bertujuan 1) menganalisis kondisi hutan mangrove di Kelurahan Lakologou, Liabuku, dan Lowu-lowu, Kota Baubau, 2) mengetahui pemanfaatan hutan mangrove oleh masyarakat di Kelurahan Lakologou, Liabuku, dan Lowu-lowu, Kota Baubau, 3) menilai valuasi ekonomi manfaat langsung dari hutan mangrove oleh masyarakat di Kelurahan Lakologou, Liabuku, dan Lowu-lowu, Kota Baubau. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan pengambilan contoh di lapangan seperti pengamatan vegetasi mangrove, pencarian data dan kuisioner dengan masyarakat di sekitar hutan mangrove serta pemilik tambak di tiga kelurahan, yaitu di Kelurahan Kelurahan Lakologou, Liabuku, dan Lowu-lowu, Kota Baubau. Penelitian ini juga mengamati keadaan garis pantai dimana terdapat vegetasi mangrove serta keadaan kegiatan ekonomi masyarakat yaitu pertambakan yang terdapat di sekitar ekosistem mangrove. Hasil pengukuran di lapangan yang terdapat di Kelurahan Lakologou, Liabuku dan Lowu-lowu dengan luas 109,71 ha, menunjukkan data dari luasan mangrove di ketiga kelurahan tersebut diperoleh susunan hutan mangrove yang terdiri atas enam jenis tumbuhan mangrove, yaitu: Avicennia marina, Rhizophora mucronata, Ceriops tagal, Sonneratia alba, S. caesiolaris, dan Nypa fruticans. Secara umum berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi hutan mangrove di ketiga kelurahan dalam kondisi kurang baik pada saat ini. Nilai manfaat langsung ekosistem mangrove di Kelurahaan Lakologou, Liabuku dan Lowu-lowu pada saat ini untuk pemanfaatan langsung yang tertinggi yaitu penangkapan ikan sebesar Rp.20.000.000/ha/tahun, selanjutnya budidaya tambak Rp.16.000.000 ha/tahun, pengambilan kayu bakar Rp.7.500.000 ha/tahun, kepiting Rp.2.880.000 ha/tahun dan yang terendah pengambilan daun nipa untuk pembuatan atap sebesar Rp. 533.333 ha/tahun. Total seluruh pemanfaatan hutan mangrove yaitu sebesar Rp. 46.913.333 ha/tahun.
The spread of mangrove forest in Lakologou, Liabuku, and Lowu-lowu districts, Baubau city is indicated by the degradation of its habitat caused by its conversion into fishpond area, while its availability is decreasing drastically in the natural habitat due to over exploitation by human activity. Hence, it is important to know ecological condition, direct use, and economic valuation of mangrove forest. This research aims to 1). to analyze the condition of mangrove forest in Lakologou, Liabuku, and Lowu-lowu districts, Baubau city 2). to find out the use of mangrove forest by people in Lakologou, Liabuku, and Lowu-lowu districts, Baubau city 3). the evaluate the direct benefits of mangrove forest economically by people in districts of Lakologou , Liabuku, and Lowu-lowu, Baubau city. This research uses descriptive méthode and field sampling technique such as observing mangrove vegetation, data collection, and direct interview with local people in Lakologou, Liabuku, dan Lowu-lowu districts, Baubau city. This research also observes the condition of coastline nearby mangrove vegetation and local economic activity, namely fish farming located around mangrove ecosystem. The result of field measurement in Lakologou, Liabuku dan Lowu-lowu districts with total area of 109,71 ha indicate data from mangrove area in those three districts. There are six kinds of mangrove plants found in those areas, namely: Avicennia marina, Rhizophora mucronata, Ceriops tagal, Sonneratia alba, S. caesiolaris, and Nypa fruticans. Based on the analysis of the result, it shows that the conditions of mangrove forest in those three districts are currently not in good condition. The value of direct benefit in mangrove ecosystem in Lakologou, Liabuku dan Lowu-lowu districts can be seen from the highest income coming from fishing about Rp 20.000.000,-/ha/year. Then, fish farming generate Rp 16.000.000,-/h/year, the selling of firewood with Rp 7.500.000,-/ha/year, crab sales produce Rp 2.880.000,-/ha/year. The lowest income comes from Nypa fruticans leaf sales for making roof which create Rp 46.913.333,-/ha year.
Kata Kunci : Analisis kondisi, pemanfaatan langsung, valuasi ekonomi hutan mangrove