Analisis Supply Chain Management Rumput Laut Eucheuma Cottoni di Indonesia : Studi pada Klaster/Minapolitan Rumput Laut Waingapu, Sumba Timur
Galuh Arum Khotimastuti, Wakhid Slamet Ciptono, M.B.A., M.P.M., Ph.D.
2013 | Tesis | S2 Magister ManajemenSumba Timur yang dicanangkan sebagai daerah minapolitan dengan sistem klaster oleh pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun 2009 karena memiliki potensi sebagai lokasi pembudidayaan komoditas cottoni. Kawasan minapolitan merupakan sistem yang dikembangkan oleh KKP dengan pengertian “suatu kumpulan dari berbagai unit usaha yang satu sama lainnya berhubungan secara fungsional dalam suatu kawasan tertentu dan satu pengelolaan yang terpaduâ€. Sistem klaster yang dikembangkan sangat memerlukan pelaksanaan yang terintegrasi dengan baik sebagaimana pengertian dari sistem klaster itu sendiri. Penelitian ini memiliki tujuan untuk (1) menganalisa alur supply chain dari komoditas rumput laut dan titik kritisnya dalam upaya pengoptimalan value chain dari komoditas rumput laut di wilayah minapolitan Waingapu, (2) mengetahui pengaruh kemanfaatan sistem minapolitan bagi setiap komponen pelaku usaha komoditas cottoni, dan (3) mengidentifikasi value added dalam seluruh rangkaian supply chain komoditas rumput laut dalam kawasan klaster industri rumput laut Waingapu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan LFA sebagai alat analisisnya untuk mengetahui perkembangan dari pelaksanaan proses klaster industri rumput laut Waingapu serta mengetahui sejauhmana proses SCM telah dijalankan oleh pelaku usaha dalam sistem klaster. Serta mempelajari value chain yang ada dalam kawasan klaster untuk selanjutnya mengetahui value added yang diperoleh oleh setiap pelaku dalam sistem klaster ini. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa belum terbangun sistem SCM yang baik oleh pelaku usaha dalam klaster industri. Setiap pelaku masih melakukan aktivitas usaha secara parsial, yang ditunjukkan dari tidak adanya kerjasama yang terbangun dalam mekanisme pengadaan atau penjualan barang. Saat ini, pemerintah masih berkonsentrasi di pembentukan kelembagaan di sektor hulu yaitu sektor budidaya dengan memberikan penguatan pendampingan dan permodalan agar dapat melahirkan kestabilan produksi dan minat bagi pembudidaya untuk senantiasa melakukan aktivitas budidaya. Pengelolaan SCM yang baik harus segera dilakukan agar dapat meningkatkan produktivitas usaha dalam klaster industri sekaligus agar semakin dapat memberikan multi-player effect yang luas bagi masyarakat sebagaimana tujuan pemerintah dalam pelaksanaan program klasterisasi ini.
Sumba Timur is proclaimed as the minapolitan cluster system by the government through the Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) in 2009 because it has the potential as a location for the cultivation of cottoni commodity. Minapolitan region is a system developed by KKP with the definition of \"a collection of various business units relating to each other functionally in a particular region and an integrated management\". Cluster systems are developed in great need of well-integrated implementation as understanding of the cluster system itself. This study aims to (1) analyze the flow of the supply chain seaweed commodity and the critical point in the value chain optimization efforts of Waingapu seaweed commodity in minapolitan region, (2) determine the effect of the benefit of minapolitan system for each cottoni commodity business component, and (3) identify the value added in the entire seaweed commodity supply chain in the seaweed cluster industry Waingapu. This study used a qualitative descriptive method with LFA as a tool of analysis to determine the progress of the implementation process of the seaweed cluster industry Waingapu and determine the extent of the SCM process run by entrepreneurs in the cluster system. As well as studying the value chain that exists in the cluster to further acknowledge the value added obtained by each actor in this cluster system. Based on research, it is known that a good SCM system has not been established either by businesses in the cluster industry. Each offender partially does its business activity, which indicated the absence of cooperation mechanisms built in the procurement or sale of goods. Currently, the government is concentrating on the establishment of the institution in the upstream aquaculture sector by providing mentoring and capital gain that can deliver stable production and interest for farmers to continue to perform activities of cultivation. Good SCM management must be done in order to improve the productivity of businesses in the industrial cluster at the same time in order to provide broad multi-player effect for society as to fulfill government objectives in the implementation of this clustering program.
Kata Kunci : SCM, Klaster industri, Logical Framework