Laporkan Masalah

SEROPREVALENSI DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TOKSOPLASMOSIS PADA PEKERJA RUMAH POTONG HEWAN DAN PENJUAL DAGING DI KABUPATEN KULONPROGO

HARIYAH, Prof. drh. Setyawan Budiharta, MPH, Ph.D

2013 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar belakang: Toksoplasmosis adalah penyakit yang berdampak luas terhadap kesehatan masyarakat. Dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan berupa beban penderitaan, biaya kesehatan, hilangnya produktivitas, kebutuhan sekolah khusus serta biaya perawatan. Hasil penelitian seroprevalensi toksoplasmosis pada kambing di Kabupaten Kulonprogo pada Tahun 2011 sebesar 95,6%. Belum dilaksanakannya tatalaksana standar dalam pemrosesan daging ternak dan tidak adanya pemeriksaan toksoplasmosis pada ternak yang dipotong berisiko terhadap penularan toksoplasmosis pada pekerja yang kontak dengan daging mentah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seroprevalensi toksoplasmosis pada pekerja RPH dan penjual daging ternak dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian tersebut di Kabupaten Kulonprogo. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian adalah seluruh pekerja RPH dan penjual daging di Kabupaten Kulon Progo sebanyak 82 orang. Variabel yang diteliti adalah umur, jenis daging, jenis pekerjaan, lama bekerja, kebiasaan cuci tangan, kebiasaan makan atau minum di tempat kerja, konsumsi daging mentah atau kurang matang dan sayuran mentah serta pekerjaan kontak dengan tanah dan kontak dengan kucing. Pemeriksaan serologi menggunakan metode ELISA. Analisis data menggunakan tabulasi silang pada analisis bivariat dan dilanjutkan dengan analisis multivariat. Hasil: Seroprevalensi toksoplasmosis pada pekerja RPH dan penjual daging di Kabupaten Kulonprogo adalah 63,4% dengan hasil tertinggi adalah positif IgG dengan IgM negatif (59,8%). Kontak dengan daging kambing/domba (p=0,000), lama bekerja ≥20 tahun (p=0,002), lama bekerja 10-19 tahun (p=0,035), kebiasaan hanya kadang-kadang cuci tangan (p=0,001) dan kebiasaan selalu makan/minum di tempat kerja (p=0,031) berhubungan dengan kejadian toksoplasmosis pada pekerja RPH dan penjual daging di Kabupaten Kulonprogo. Hasil analisis multivariabel menunjukkan kontak dengan daging kambing/domba (OR=37,8; p=0,000), lama bekerja ≥20 tahun (OR=22,2; p=0,002), kadangkadang cuci tangan (OR=7,0; p=0,049) dan sering mengonsumsi sayuran mentah (OR=4,8; p=0,042) merupakan variabel yang berpengaruh terhadap kejadian toksoplasmosis pada pekerja RPH dan penjual daging di Kabupaten Kulonprogo Kesimpulan: Kejadian toksoplasmosis pada pekerja RPH dan penjual daging di Kabupaten Kulonprogo berhubungan dengan kontak dengan daging kambing/domba, lama bekerja ≥20 tahun, kadang-kadang cuci tangan dan konsumsi sayuran mentah. Prevalensi toksoplasmosis pada pekerja RPH dan penjual daging di Kabupaten Kulonprogo adalah sebesar 63,4%.

Background: Toxoplasmosis is a prevalent disease in the worldwide with public health impact. Its emerged social economic impacts include suffering, health cost, loss of productivity, need of specialized education, and treatment cost. The seroprevalence of toxoplasmosis in goats in Kulonprogo regency in 2011 was 95.6%. The current practice in meat inspection in Kulonprogo makes toxoplasmosis transmission risk to the workers who have direct contact with the meat possible. The study aimed to find out the seroprevalence of toxoplasmosis among slaughterhouse workers as well as meat sellers, and also to find out the factors associated with the occurence of the infection in Kulonprogo regency. Methods: This study was an observational analytic study using cross-sectional design. The study subjects were all 82 of the slaughterhouse workers and meat sellers in Kulonprogo regency. The variables studied were toxoplasmosis, age, type of meat, type of job, period of working, habit of washing hands, habit of eat or drink in the workplace, raw meat and vegetables consumption, contact with soil, and contact with cat. The serology examination utilized ELISA. The data analysis included the use of cross tabulation for bivariate analysis continued with multivariate analysis. Results: Seroprevalence of toxoplasmosis in slaughterhouse workers and meat sellers in Kulonprogo regency is 63.4% in which the highest result is IgG positive with IgM negative (59.8%). The factors which are related to the toxoplasmosis occurrence in slaughterhouse workers and meat sellers in Kulonprogo regency are contact with goat/ sheep meat (p=0.000), period of working ≥20 years (p=0.002), period of working 10-19 years (p=0.035), the habit of washing hands occasionally (p=0.001) and eating or drinking in the workplace (p=0.031). Multivariate analysis result indicates that contact with goat/sheep meat (OR=37,8; p=0,000), period of working ≥20 year (OR=22,2; p=0,002), the habit of washing hands occasionally (OR=7,0; p=0,049) and often consumed raw vegetables (OR=4,8; p=0,042) are the variables which are influential toward toxoplasmosis occurrence in slaughterhouse workers and meat sellers in Kulonprogo regency. Conclusion: Toxoplasmosis occurrence in slaughterhouse workers and meat sellers in Kulonprogo regency is related to contact with goat/sheep meat, period of working ≥20 year, the habit of washing hands occasionally and often consumed raw vegetables. Seroprevalence of toxoplasmosis in slaughterhouse workers and meat sellers in Kulonprogo regency is 63.4%.

Kata Kunci : Seroprevalensi, pekerja RPH, penjual daging, faktor risiko, toksoplasmosis, Kulonprogo


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.