KONFLIK KRISTEN-MUSLIM (STUDI KASUS PENOLAKAN PEMBANGUNAN GEREJA KRISTEN INDONESIA BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA)
dafcoriza, Dr. Zuly Qodir M.A
2013 | Tesis | S2 Magister Perdamaian & Resolusi KonflikFemonema konflik yang terjadi di Dusun Jagalan Kecamatan Berbah, Sleman Yogyakarta tentang penolakan GKI Pos Adisucipto adalah bentuk dari negosiasi dua golongan masyarakat Muslim – Kristen yang sedang mengalami proses adaptasi terhadap kehadiran orang-orang Kristen sebagai bagian dari warga baru. Adanya perbedaan pesersepsi dari masing-masing pihak menjadi faktor terhambatnya pola komunikasi dalam pendirian gereja di tengah-tengah masyarakat Muslim sehingga terjadi benturan yang menyebabkan konflik di antara kedua belah kelompok. Kasus tarik ulur yang sedang terjadi pada jemaat GKI Pos Adisucipto merupakan salah satu instrument yang menjelaskan secara tajam bahwa pada penolakan atas dibangunnya rumah ibadah di Rt. 9 Dusun Jagalan Kecamatan Berbah ini dikategorikan sebagai konflik. Pengertian konflik di sini didefinisikan sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih, baik individu atau kelompok yang memiliki, atau yang merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan (Christ Mitchell, The Structure of International Conflict, Macmillan, London, 1981). Timbulnya konflik dalam tubuh masyarakat apabila dibiarkan berlarut-larut maka bisa menyebabkan kekerasan antar sesama pihak. Lahirnya konflik juga menimbulkan adanya potensi terhadap situasi yang mengarah pada kekerasan baik kekerasan yang berupa fisik maupun non fisik. Berangkat dari asumsi ini, sebuah konflik yang terjadi pada struktur masyarakat apabila didiamkan atau dibiarkan maka lambat laun akan memicu terjadinya kekerasan. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya konflik GKI Pos Adisucpto adalah bukan hanya faktor agama melainkan juga faktor nilai- nilai budaya yang muncul dalam masyarakat. Minimnya nilai kerukunan antar umat beragama dan nilai-nilai pluralismeterkadang menjadi hambatan-hambatan tersendiri dalam kehidupan beragama di Indonesia. Beberapa hasil yang telah ditemukan dalam penelitian ini memiliki kontribusi penting yang nantinya bisa menjadi acuan dalam menyelesaikan konflik-konflik serupa di Indonesia. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam membendung konflik penolakan terhadap pendirian GKI Pos Adisucipto dalam penelitian ini adalah: (1) Negosiasi: Dialog Antar Kedua Belah Pihak (Muslim – Kristen), (2) Pendekatan Kultural, (3) Pendekatan Struktural, Terkait dengan adanya konflik GKI Pos Adisucipto yang sedang terjadi, antara kedua belah pihak sebenarnya saling menginginkan situasi di dusun Jagalan kecamatan Berbah ingin segera berakhir setelah mengadakan berbagai macam mediasi antara pihak gereja dengan kelompok yang menolak gereja. Upaya-upaya rekonsiliasi di kasus ini diawali oleh pihak gereja karena mereka sebagai ‘obyek’ dalam konflik yang sedang terjadi
Conflict phenomena happening on GKI Pos Adisucipto in Berbah District of Sleman – Yogyakarta about rejection of the church is part of negotiation among two religious groups, Muslim – Kristen, and it faces process of adaptation towards the appearance of Christians as new comer in this area. The difference of perception of each group became factor of lack in term of communication leading religious conflict in between. The dilemma of GKI Pos Adisucpto’s member that is not allowed to build worship house is one of the social instrument that shows significantly that rejection on the church in this area, Berbah district, is categorized as conflict. This is due to religious violence. The definition of conflict itself is the relation in two or more, whether individual or group that feel to have the controversial aim (Christ Mitchell, The Structure of International Conflict, Macmillan, London, 1981). If the appearance of conflict within society is ignored constantly it will potentially cause violence among these groups. The conflict also causes violence either physically or non-physically. By this assumption, conflict happening among society structure will reach violence. The result of this study has shown that factors leading conflik of GKI Pos Adisucipto is not only about religious factors but also cultural values among society. The lack of inter-religious pluralism values sometimes becomes barrier in religious life of Indonesian society. Several findings which were founded in this research have important contribution that in the future could be able to be guideline of conflict resolution in Indonesia. The efforts that have been made in stemming conflict rejection in building GKI Pos Adisucipto in this study were: (1) Negotiation: The dialogue between the two sides (Muslim - Christian), (2) Cultural Approach, (3) Structural Approach, in relation to conflict of GKI Pos Adisucipto between the two parties actually, they want the situation in each village to solved after holding a variety of mediation between the church and those who opposed the church. Reconciliation efforts in the case are initiated by the church as them as 'objects' in the ongoing conflict.
Kata Kunci : Konflik, Resolusi Konflik, GKI Pos Adisucipto,