Analisis Vegetasi Pada Berbagai Kondisi Mataair di Bagian Utara dan Tengah Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
ATRIN RANGKISANI, Dr. Langgeng Wahyu Santosa, M.Si.,
2013 | Tesis | S2 Ilmu LingkunganMataair sebagai salah satu sumberdaya airtanah yang muncul di permukaan menjadi andalan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan air, seperti yang terjadi pada sejumlah mataair di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi D.I. Yogyakarta. Jasa hidrologis yang dimiliki oleh vegetasi penyusun suatu ekosistem merupakan salah satu jasa lingkungan terpenting sebagai pengatur tata air melalui proses intersepsi yang terdiri dari curahan tajuk dan aliran batang. Untuk menjamin ketersediaan air dalam jumlah dan kualitas yang memadai, maka upaya pengelolaan harus dilakukan, seperti kajian analisis vegetasi terhadap sumberdaya air. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keanekaragaman jenis, struktur dan komposisi vegetasi pada berbagai kondisi mataair di bagian utara dan tengah Kabupaten Gunungkidul; mempelajari karakter mataair dan praktek pengelolaan lahan di sekitar mataair; mempelajari hubungan antara karakter vegetasi dan mataair; serta merumuskan strategi pengelolaan lingkungan hayati untuk perlindungan sumber mataair di daerah penelitian. Penelitian dilaksanakan pada recharge area beberapa mataair di bagian utara (Perbukitan Baturagung) dan bagian tengah (Basin Wonosari) Kabupaten Gunungkidul. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Data vegetasi diambil dengan menggunakan metode sampling kuadrat dengan ukuran plot 20 m x 20 m yang meliputi jenis dan jumlah individu sapling, tiang, pohon dan vegetasi lantai, serta diameter dan tinggi vegetasi untuk tingkat sapling, tiang dan pohon. Densitas vegetasi juga dianalisis menggunakan citra digital, yang dilakukandengan model indeks vegetasi NDVI (Normalized Difference Vegetation Indice). Pengukuran debit mataair, kualitas mataair (kekeruhan dan TDS), sifat aliran dan jenis mataair dilakukan secara langsung. Perolehan data tipe pemanfaatan lingkungan dan budaya masyarakat terhadap mataair dilakukan dengan wawancara langsung terhadap penduduk dan pengurus desa setempat. Seluruh data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis vegetasi yang memiliki nilai penting paling tinggi pada recharge area di daerah penelitian adalah Tectona grandis (Jati), Samanea saman (Munggur), Acacia auriculiformis (Akasia), Swietenia mahogany (Mahoni) dan Leucaena leucochepala (Lamtoro). Vegetasi lantai yang memiliki nilai penting tertinggi pada recharge area mataair di daerah penelitian adalah Ciperus rotundus, Bidens pilosa, Ipomea triloba, Synedrella nodiflora dan Penicetum purpureum. Indeks keanekaragaman dan kemerataan jenis vegetasi di kedua lokasi sebagian besar tergolong sedang. Berdasarkan analisis regresi melalui NDVI, recharge area mataair yang memiliki densitas vegetasi rata-rata tertinggi di kedua lokasi adalah mataair Gebang dan Sumberan. Mataair yang diteliti memiliki kelas debit yang berbeda yaitu III, IV, V dan VI. Seluruh mataair mengalir sepanjang tahun dan merupakan mataair yang terbentuk dari tenaga gravitasi yaitu kontak dan sebagian besar memiliki tingkat kekeruhan dan TDS yang rendah. Pemanfatan lingkungan di sekitar mataair sebagian besar adalah untuk areal persawahan, tegalan, kebun campuran dan permukiman. Berdasarkan hubungan antara karakter vegetasi dan mataair, masing-masing mataair di lokasi penelitian masuk ke dalam tipe: I A (Ponjong dan Wonosadi), II A (Gebang, Gedang Sari, Natah, Rosario dan Sumberan) dan II B (Karangasem, Grogol III dan Ngringin). Strategi pengelolaan mataair secara hayati disusun berdasarkan ketiga tipe tersebut.
Spring as one of the groundwater resource is the mainsource of the community in meeting the needs of water, which apparently happens in a number of springs in Gunungkidul, Yogyakarta. Hydrological functions of vegetation in making up an ecosystem is one of the most important environmental functions as watersheds through an interception process. To ensure the quality and quantity of water sufficiency, such appropriate efforts must be made, for example with the study of vegetation analysis on water resources. The purpose of this research are: to study biodiversity, structure and composition of vegetation in various springs conditions in northern (Baturagung Hills) and central (Wonosari Basin) Gunungkidul; to study various springs characters and land management around the springs in the study area; to study the relationship between the character of vegetation and the springs in the study area and also to formulate environmental management strategies for the springs protection in the study area. The objects of this study are the springs located in the Baturagung Hills and Wonosari Basin of northern and central Gunungkidul. The research was conducted on March to June 2012 in which the sampling of vegetation was determined by land use factors on each springs recharge area. On every springs recharge area, 3 square plots in the size of 20 mx 20 m (400 m 2 ) were selected with a purposive sampling method. The parameters were measured included the type and number of individuals as well as the diameter and height of the vegetation to the level of seedling, sapling and stand. Vegetation density was also analyzed using a digital image, which be done by the model vegetation index NDVI (Normalized Difference Vegetation Indice) using the software ENVI 4.5 and ArcGIS 9.3. Springs discharge, the quality of the springs i.e turbidity and total dissolved solid (TDS), rate flow and types of springs were measured as well in this research. The types of land use and culture around the springs were conducted by direct interviews to people and some who are in charge in this study area. Springs recharge area in the Baturagung Hills and Wonosari Basin mostly have average diversity and evenness which were dominated with saplings in diameter <30 cm and height <10 meters. Vegetation with the highest importance value index in both study area were Tectona grandis (Jati), Samanea saman (Munggur), Acacia auriculiformis (Acacia) and Swietenia mahogani (Mahoni). Ground vegetation with the highest importance value index were Ciperus rotundus, Bidens pilosa, Ipomea triloba, Synedrella nodiflora and Penicetum purpureum. Based on the regression analysis with NDVI, Gebang and Sumberan have the highest density of vegetation. Springs discharge in both study area have different classes: III, IV, V and VI. The whole springs flow throughout the year (perennial) and were classified to contact springs. Most of the springs has a high turbidity and low TDS levels. All springs at Baturagung Hills were formed in the rocks which passes out through the water and all springs at Wonosari Basin were formed in water thick formation. The relationship between the character of vegetation and springs in the study area produces three different typologies: Type I A (springs Ponjong and Wonosadi), Type II A (springs Gebang, Gedangsari, Natah, Rosario and Sumberan), and Type II B (Karangasem, Grogol III and Ngringin). The springs management strategies were constituted based on that such typologies.
Kata Kunci : vegetasi, mataair, Perbukitan Baturagung, Basin Wonosari, Gunungkidul